Sarjana Kedokteran UGM, Rivaldy Bram Waromi. DOK UGM
Sarjana Kedokteran UGM, Rivaldy Bram Waromi. DOK UGM

Jalan Panjang Rivaldy, Pemuda dari Nabire Berhasil Jadi Sarjana Kedokteran di UGM

Renatha Swasty • 07 Desember 2023 11:14
Jakarta: Rivaldy Bram Waromi gelisah sampai begadang di hari wisudanya. Dia masih belum percaya bisa lulus Sarjana Kedokteran di Universitas Gadjah Mada (UGM).
 
”Ini peristiwa yang saya tunggu, terkadang masih belum percaya dengan capaian ini. Jauh saya dari Nabire, Papua akhirnya lulus, Puji Syukur,” ucap Rivaldy dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis, 7 Desember 2023.
 
Perjalanan Rivaldy menjadi Sarjana Kedokteran panjang dan berliku. Dia sempat berminat melanjutkan belajar seni setelah lulus SMA.

Keinginan itu sempat ditentang kedua orang tuanya yang lebih menyukai Rivaldy masuk Pendidikan Dokter. Rivaldy juga sempat diremehkan oleh teman-temannya yang tidak dipercaya dia bisa masuk Fakultas Kedokteran UGM.
 
Awalnya, Rivaldy juga sempat ragu. Namun, orang tuanya terus mendorongnya untuk mencoba.
 
”Saya ditentang untuk pilih seni, orang tua mendorong untuk kedokteran. Saya tes dan saat pengumuman ternyata saya lulus pada pilihan pertama. Saya pun kuliah di Program Studi Kedokteran sampai sekarang dan kini saya menjalani co-asst,” tutur dia.
 
Di awal-awal masa kuliah di FKKMK UGM, Rivaldy juga mengalami kesulitan. Bahkan, saking tidak mudahnya mempelajari ilmu kedokteran, nilainya tidak pernah stabil cenderung menurun.
 
”Saya pun harus rutin berkonsultasi dengan psikiater untuk menumbuhkan kembali motivasi belajar. Belajar di kedokteran sangat sulit, apalagi yang tidak minat 100 persen tentunya mengalami kesulitan juga dalam beradaptasi. Sistem belajar di kedokteran berputar dan bergerak maju sangat cepat,” tutur dia.
 
Dia mengaku kemampuan dalam berteman dan mencari koneksi menjadi salah satu kunci. Menurutnya, itu perlu dilakukan agar tetap mampu bertahan kuliah dan menunjang proses-proses belajar berikutnya.
 
Meski tidak memiliki strategi khusus dalam belajar, Rivaldy terus belajar mencintai Program Studi Pendidikan Dokter. Hal ini terus ia tumbuhkan agar niat dan minat belajarnya semakin kuat dan konsisten.
 
”Niat dan ketekunan menjadi hal terpenting yang harus dipupuk dan lakukan,” tutur dia.
 
Setelah menjalani perkuliahan selama 10 semester, dia akhirnya lulus. Rivaldy mengikuti Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan periode I TA 2023/2024 pada November 2023.
 
UGM mewisuda 2.163 lulusan Sarjana dan Sarjana Terapan. Sebanyak 72 lulusan berasal dari daerah 3T (terdepan, terpencil, terluar), termasuk Rivaldy. Wisuda menjadi momen makin membahagiakan karena kedua orang tua Rivaldy hadir menyaksikan.
 
"Saya sangat bersyukur, kelulusan ini menjadi suatu kebahagiaan karena orang tua hadir dan melihat saya dipanggil untuk menerima ijazah,” ungkap dia.

Ingin bantu warga Nabire

Salah satu alasan Rivaldy ingin sekolah pendidikan dokter karena ida sadar soal pelayanan kesehatan di daerah asalnya, Nabire, Papua. Dia sangat ingin menjadi dokter dan memberi pelayanan dengan ikhlas dan tulus untuk masyarakat.
 
"Saya mencoba banyak belajar, mencoba terus menjadi pribadi yang lebih mendengarkan keluhan, lebih menghargai pendapat dan keputusan orang lain, bekerja bersama, dan itu saya kira menjadi modal utama saya bisa memberikan pelayanan yang terbaik,” ungkap dia.
 
Belajar di FKKMK UGM telah menempanya mendapat banyak pengalaman. Belajar menjadi dokter, belajar menjadi leader yang bertanggung jawab dan mampu memberikan keputusan yang tepat dan cepat.
 
Mempelajari ilmu kedokteran menjadikannya lebih mampu untuk bisa memahami tentang tubuhnya sendiri, orang lain, dan lingkungan. Kebiasaan-kebiasaan yang baik dan tidak baik tentunya dapat berdampak bagi kehidupan pribadi maupun lingkungan sekitar.
 
Selama kuliah di UGM, dia menggunakan beasiswa afirmasi pendidikan tinggi (Adik) dari Nabire, Papua Tengah. Ternyata, saat di SMA ia juga mendapatkan beasiswa jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem).
 
Setelah lulus SMA, ia mendapatkan kesempatan yang sama mengikuti tes dari program Adik (Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Rivaldy mengaku tidak mudah bisa lolos seleksi beasiswa jalur afirmasi karena harus bersaing dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia.
 
Peminat beasiswa ini juga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dia mengaku sudah menyicil nilai rata-rata yang baik sejak semester satu duduk di bangku SMA. Termasuk, tekun mengikuti kursus pada mata pelajaran yang kurang dikuasainya.
 
"Berlatih menjawab soal untuk menambah variasi penyelesaian masalah dan juga belajar mandiri mencari referensi belajar penyelesaian soal dari kanal YouTube,” beber dia.
 
Kini, Rivaldy menjalani pendidikan co-asst sebelum menyandang profesi dokter. Dia berencana kembali ke Nabire setelah lulus menjadi dokter nanti.
 
Dia juga berangan-angan bisa mendalami Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Rivaldy bercita-cita menjadi dokter spesialis bedah dan kandungan.
 
"Di luar kegiatan co-asst ingin sih menambah pengetahuan dengan mengambil studi magister dalam bidang bisnis dan manajemen,” beber wisudawan dengan IPK 3,3 ini.
 
Meskipun nantinya menekuni profesi dokter di Nabire, Rivaldy masih menyimpan keinginan lama yaitu membuka bisnis di bidang fashion. Sebab, di Nabire banyak ditemui pengrajin, seperti pembuat tas noken (tas tradisional Papua), hiasan, kalung, dan lain sebagainya.
 
Rivaldy juga ingin membantu mengembangkan pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA di Papua Tengah. Dia berharap anak-anak di Papua Tengah memiliki kesempatan yang sama dalam belajar.
 
”Saya ingin membuka usaha itu sekaligus memfasilitasi pengrajin yang mayoritas ibu-ibu dan anak muda untuk mengembangkan keahlian dan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka,” tutur wisudawan kelahiran tahun 2000 ini.
 
Baca juga: Aulia, Mahasiswa Tunanetra UGM Berkarya Lewat Film

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan