"Covernya dikasih judul Kurikulum Merdeka, isinya masih Kurikulum 2013. Ini harus ditertibkan, kalau enggak, waduh ini bisa berbahaya," kata Satriwan kepada Medcom.id, Kamis, 5 Mei 2022.
Dia khawatir esensi dan implementasi dari Kurikulum Merdeka tidak tercapai bila melihat buku itu. Satriwan mengingatkan bakal berbahya bila guru terjebak keberadaan buku tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Jadi, sekarang sudah banyak buku-buku yang dikeluarkan penerbit-penerbit swasta tapi berbeda secara esensi, secara materi dari prinsip Kurikulum Merdeka itu," tutur dia.
Satriwan menilai keberadaan buku itu meresahkan. Sebab, jalan termudah bagi guru mendapatkan perspektif terkait Kurikulum Merdeka adalah dari buku.
"Ini akan jadi panduan praktis guru dalam mengajar ya buku. Guru tidak melihat standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar penilaian, kerangka kurikulum, paradigmanya. Tapi guru kita hanya melihat dari konteks buku yang diterbitkan baik dari pemerintah maupun lembaga komersil," tutur dia.
Baca: Disosialisasikan Sembarang Orang, Kurikulum Merdeka Bisa Terdistorsi