Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi
Ilustrasi. Foto: MI/Gino Hadi

Manajemen Kegiatan Belajar Bagian dari Profesionalisme Guru

Muhammad Syahrul Ramadhan • 24 Februari 2020 17:38
Jakarta:  Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai, penting bagi seorang pendidik memiliki kemampuan manajemen risiko dari kegiatan belajar yang dibimbingnya, baik di dalam maupun di luar kelas.  Hal ini bercermin dari insiden hanyutnya siswa SMPN 1 Turi, Sleman dalam kegiatan susur sungai yang berujung meninggalnya sejumlah siswa.  
 
Wakil Sekretaris Jenderal FSGI, Satriwan Salim mengatakan, kemampuan manajemen kegiatan belajar harus dimiliki guru meski tidak ada pelatihan khusus. Sebab itu merupakan bagian dari tugas dan profesionalisme guru.
 
“Ini mestinya masuk kompetensi profesional. Ada empat kompetensi guru, yaitu profesional, pedagogis, kepribadian, dan sosial. Terkait manajemen kegiatan belajar ini masuk di kompetensi profesional, memang tidak detail, tidak ada pelatihannya,” kata Satriwan kepada Medcom.id, Jakarta, Senin, 24 Ferbruari 2020.

Baca juga:  Sekolah Diminta Pahami Kegiatan Luar Ruang di Kurikulum 2013
 
Meski begitu, kompetensi ini harusnya sudah melekat.  Terlebih lagi, pembina Pramuka yang kebetulan adalah guru olahraga ini pasti pernah mengikuti Kursus Mahir Dasar.
 
“Pembina Pramuka pasti telah diberikan pelatihan Pramuka, di sisi lain guru-guru juga dapat mengacu berdasarkan pengalamannya, karena sudah mengajar sepuluh tahun kegiatan serupa sering dilakukan, harusnya dia memahami,” jelasnya.
 
Terkait manajemen risiko kegiatan belajar, kata Satriwan, dibagi ke dalam tiga jenis, yakni berisiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi.  Ia mencontohkan, kegiatan dengan risiko rendah misalnya kegiatan akademik di dalam kelas dan upacara.
 
Kemudian untuk risiko sedang seperti kegiatan pentas seni.  “Tapi kegiatan di alam terbuka ini termasuk dalam risiko tertinggi. Guru-guru mestinya profesional, karena sudah mengakar tahu pola kegiatan risiko tinggi,” terangnya.
 
Baca juga: Nadiem Instruksikan Investigasi Kasus Susur Sungai SMPN I Turi
 
Untuk itu menurutnya, jika setiap guru mengetahui manajemen risiko dengan baik, maka insiden susur sungai yang mengakibatkan 10 siswa meninggal itu tidak perlu terjadi.  Kemudian perencanaan kegiatan juga harus benar, dikontrol kepala sekolah, berkoordinasi, berkomunikasi, serta melibatkan orang tua.
 
“(Tragedi) Tidak akan terjadi jika ada perencanaan, komunikasi dan kontorol dari kepala sekolah sebagai pimpinan. Tapi ini enggak ada, kok enggak tahu, berarti enggak ada perencanaan mestinya tahu,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan