DIrektur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid. Medcom.id/Renatha Swasty
DIrektur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid. Medcom.id/Renatha Swasty

Tak Sekadar Bersolek, Transformasi Museum dan Cagar Budaya Lewat Reimajinasi

Renatha Swasty • 17 Mei 2024 08:34
Yogyakarta: Indonesia dianugerahi banyak kekayaan budaya lewat tinggalan bersejarah. Sayangnya, masih banyak tinggalan bersejarah yang tak tertangani dengan baik.
 
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyebut dalam pelindungan tidak cukup hanya dengan melindungi. Tetapi, perlu dikelola, dikembangkan, dimanfaatkan, hingga memberi inspirasi kepada anak-anak muda sehingga akhirnya bisa berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
 
Hilmar mengungkapkan beberapa tahun terakhir pihaknya menggodok pemajuan kebudayaan utamanya museum dan pengelolaan cagar budaya. Pihaknya tak ingin museum dan cagar budaya sekadar bersolek.

Hal itu dikembangkan lewat Reimajinasi, dengan transformasi di berbagai lini. "Imajinasi ini terdiri atas tiga hal," kata Hilmar di Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta, Kamis, 16 Mei 2024.
 
Pertama menyangkut program. Dia menyebut perlu memprogram kembali sehingga koleksi museum betul-betul berbicara dan memberi inspirasi kepada publik. Selama ini, kata dia, fokus yang bekerja di bidang permuseuman lebih memastikan keamanan, keselamatan, keterawatan, konservasi, dan lainnya.
 
"Sekarang waktunya kita juga memikirkan bagaimana mengomunikasikan semua koleksi museum kita secara efektif. Bagaimana memperkenalkan cagar budaya kita secara efektif kepada publik," papar Hilmar.
 
Kedua, terkait desain. Hilmar menyebut sebagian besar musuem di Indonesia memberikan kesan lama, berasal dari masa lalu yang jauh dan kurang akrab dengan anak-anak sekarang. Pihaknya menaruh perhatian khusus menciptakan desain museum yang bukan hanya akrab dengan anak-anak tetapi bisa mengomunikasikan dengan baik.
 
"Anak-anak merasakan relevan dengan apa yang mereka alami dengan kehidupan sehari-hari," tutur dia.
 
Ketiga, reinvigorating. Hilmar menyebut pihaknya ingin memperkuat tata kelola kelembagaan sehingga perlu ada perubahan.
 
Dia mengungkapkan Mendikbudristek Nadiem Makarim seringkali menekankan agar tidak mengelola kekayaan budaya dengan cara-cara lama untuk mendapatkan hasil yang baru.
 
"Kalau mau mendapatkan hasil yang baru, kita harus bisa membayangkan organisasi yang sepadan dengan kekayaan budaya itu," tutur dia.
 
Setelah proses yang cukup panjang, akhirnya terbentuklah Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya yang disebut Indonesian Heritage Agency (IHA). Hilmar menyebut lewat BLU, transformasi museum dan cagar budaya bisa lebih cepat.
 
"IHA dibentuk karena ingin mentransofrmasi lembaga lembaga yang menangani kemajuan kebudayaan utamanya museum dan pengelolaan cagar bidaya," tutur dia.
 
Baca juga: Indonesia Heritage Agency, Upaya Transformasi Museum dan Cagar Budaya Jadi Lebih Hidup 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan