Suasana pelatihan guru di PGRI Smart Learning Center (PSLC), Gedung Guru PGRI, Tanah Abang, Jakarta, Medcom.id/Citra Larasati.
Suasana pelatihan guru di PGRI Smart Learning Center (PSLC), Gedung Guru PGRI, Tanah Abang, Jakarta, Medcom.id/Citra Larasati.

Pelajaran Informatika Bisa Diterapkan di Pelosok

Metode Belajar Informatika Tanpa "Komputer dan Internet"

Citra Larasati • 06 September 2018 15:36
Jakarta: Wijaya Kusumah, dan 44.815 guru pengampu mata pelajaran Teknologi Informasi,dan Komunikasi (TIK) lain, akhirnya bisa bernapas lega. Lima tahun perjuangan mengembalikan mata pelajaran TIK ke kurikulum 2013, akhirnya membuahkan hasil.
 
Pernyataan resmi tentang kembalinya TIK ke dalam kurikulum setidaknya telah disampaikan Kepala Pusat Kurikulum, dan Perbukuan Kemendikbud, Awaluddin  Tjalla dalam Seminar Nasional Guru TIK se-Indonesia beberapa waktu lalu.  "Kami guru TIK sangat gembira, ini bagus, hasil perjuangan bersama selama lima tahun terakhir. Kami siap menjalani proses pelatihannya," kata Sekretaris Jenderal (sekjen) Ikatan Guru TIK, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Wijaya Kusumah, di Jakarta, Kamis, 6 September 2018.
 
Saat ini, kata Wijaya, pelatihan guru informatika menjadi langkah berikutnya yang paling ditunggu oleh Wijaya.  Sebab perkembangan dunia TIK sangat dinamis, selalu ada hal baru yang harus dipelajari.

"Meski kami adalah guru yang menguasai informatika, namun dunia TIK itu sendiri berkembang cepat, selalu update.  Guru harus selalu memperbarui ilmunya, jika tidak dia akan dikuasai teknologi," tegas guru TIK Lab School Rawamangun, Jakarta ini.
 
Terlebih lagi tuntutan pemerintah terhadap TIK wajah baru di kurikulum ini kian tinggi.  Nantinya, guru akan diminta mengampu Informatika yang mengajarkan siswa tentang coding, dan bagaimana menciptakan aplikasi.
 
Sikap optimistis tidak hanya ia sampaikan mengenai kesiapan guru.  Wijaya juga menyinggung tentang kesiapan sarana, dan prasarana komputer serta jaringan internet yang ada di sekolah-sekolah Indonesia.
 
Baca: Pelajaran TIK Kembali Masuk Kelas Dengan Nama Baru
 
Menurut Wijaya, keterbatasan sarpras dan jaringan bukan masalah besar dalam penerapan Informatika di sekolah. Baginya, mata pelajaran Informatika tetap dapat berjalan dengan sistem pembelajaran sederhana yang ia sebut "komputer tanpa komputer, internet tanpa internet."
 
"Bisa menggunakan perangkat komputer mini saku Raspberry Pi (RPi), bisa pakai tenaga surya, pemerintah tinggal siapkan server di lokasi-lokasi tertentu, perkuat intranet, dan local host.  Materi-materi pembelajaran dimasukkan ke dalam Raspberry, diakses secara offline," papar Wijaya.
 
Intinya, kata Wijaya, sekolah di daerah pelosok yang tidak ada jaringan internet pun dapat menyelenggarakan pembelajaran Informatika tanpa biaya tinggi. "Dengan perangkat tersebut, siswa tetap dapat belajar coding, dan menciptakan aplikasi. Tidak ada yang sulit, asal ada kemauan," tegasnya.
 
Raspberry Pi merupakan sebuah komputer mini ukuran saku, awalnya ditujukan untuk kebutuhan edukasi.  Komputer saku ini lambat laun populer di dunia, karena harganya yang murah, dan kelengkapan port masukan dan keluarannya yang tak kalah dengan komputer main stream.
 
"Selama ini kita hanya mengkonsumsi produk-produk aplikasi buatan luar negeri, dengan Informatika di sekolah kita dapat merintis langkah menjadi produsen," terangnya.
 
Ia pun merinci, harga satu perangkat Raspberry Pi tidak sampai Rp2juta. Materi dapat dimasukkan ke dalam perangkat tersebut layaknya pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang selama ini berjalan.
 
Dengan perangkat sederhana yang menghasilkan output maksimal tersebut, Informatika dapat diterapkan di semua sekolah, mulai di perkotaan sampai di daerah.
 
"Selalu ada solusi di tengah keterbatasan, sambil menunggu infrastruktur yang lebih baik terbangun di daerah," imbuhnya.
 
Baca: Kesiapan Guru Informatika Jadi Persoalan Utama
 
Saat ini, kata Wijaya, pelatihan bertahap guru Informatika yang tergabung dalam Ikatan Guru TIK PGRI akan segera dimulai. Setidaknya ada 40 orang guru Informatika yang akan dilatih di PGRI Smart Learning Center (PSLC), lantai 3 Gedung Guru PGRI, Tanah Abang Jakarta, di setiap gelombangnya.
 
Seperti diberitakan sebelumnya, mata pelajaran (mapel) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dipastikan akan kembali masuk ke dalam kurikulum 2013. Mapel yang namanya akan berganti menjadi Informatika ini, akan diterapkan mulai tahun ajaran baru 2019/2020.
 
Kepala Pusat Kurikulum, dan Perbukuan (Puskurbuk), Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan (Kemendikbud), Awaluddin Tjalla mengatakan, mata pelajaran yang dulu bernama Teknologi Informatika dan Komputer (TIK) akan kembali masuk ke kurikulum sekolah.  Setelah sebelummya, mapel tersebut dihapus dari kurikulum 2013.
 
"TIK akan masuk kembali ke kurikulum, namun dengan menggunakan nama baru, yaitu Informatika," kata Awaluddin.
 
Meski secara konsep sudah matang, namun kebijakan penerapan informatika ini masih harus dibarengi dengan kesiapan sarana prasarana, infrastrukutr, dam tenaga pendidik yang mengambu mapel Informatika.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan