Ada yang sibuk mengupas bumbu, memotong umbut sawit, membersihkan ikan, hingga memasak nasi. Sementara ibu-ibu memasak, anak muda dan bapak-bapak setempat menyiapkan panggung hingga membuat sarana toilet.
Semua orang bahu membahu menyiapkan kegiatan akbar Empat Larang Sejarangan yang diselenggarakan Minggu, 6 Agustus 2023 di KCBN Muara Jambi. Empat Larang Sejarangan ini merujuk empat desa yang mengelilingi KCBN Muara Jambi, yakni Desa Muaro Jambi, Desa Danau Lamo, Desa Baru, dan Desa Kemingking.
“Empat desa itu menyatu di Desa Muaro Jambi mengadakan rapat adat bagaimana melestarikan candi nilai-nilainya masa lalu, sekarang, dan akan datang,” kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Agus Widiatmoko saat berbincang di Kantor BPK Wilayah V, Jambi, Jumat, 4 Agustus 2023.

Candi Tinggi di KCBN Muara Jambi. Medcom.id/Renatha Swasty
Unsur pemerintahan di empat desa itu, seperti ninik mamak, tuo tuo tenggane, alim ulama, dan cerdik pandai berunding untuk membuat piagam pelestarian kawasan. Acara yang baru pertama kali digelar sebagai bagian dari Kenduri Swarnabhumi 2023 ini sengaja melibatkan empat desa.
Masing-masing desa memiliki kearifan tersendiri. Mereka dirangkul agar seharmoni untuk mencegah konflik hingga cemburu sosial.
“Kita kan bicara masa lalu, sekarang, dan ke depan. Nah, empat pilar masyarakat desa ini harus jadi ujung tombok juga menjadi landasan untuk melestarikan,” tutur Agus.
Kebersamaan bikin warga senang
Saidah memantau nasi yang tengah diaduk di wadah besar penggorengan sebelum dipindahkan ke wadah lain untuk dikukus. Sesekali dia mengecek kecukupan air dengan gayung panjang di tangannya.“Nanti setelah ini dipindah, dikukus, karena kalau masak di penggorengan besar keraknya banyak,” kata Siadah ditemui di KCBN Muara Jambi, Sabtu 5 Agustus 2023.
Warga Desa Muaro Jambi itu ditunjuk sebagai kepala masak. Dia dan ibu-ibu lainnya mesti menyiapkan makanan untuk pengunjung Empat Larang Sejarangan.
Masak kali ini berbeda dengan acara masak yang biasa dilakukan warga desa, seperti hajatan pernikahan. Sebab, empat desa masing-masing berperan.

Saidah tengah menyiapkan nasi. Medcom.id/Renatha Swasty
Desa Kemungking datang membawa kerbau; Desa Baru membawa perlengkapan pangan, seperti beras, kelapa, sayuran; Desa Danau Lamo membawa bumbu-bumbu dapur dan perlengkapan dasar; sementara Desa Muaro Jambi sebagai tuan rumah menjadi tempat masak.
Sejumlah menu disiapkan untuk menjamu tamu undangan, seperti rendang, acar bening, ikan pelapak, gulai putih, dan lainnya. “Kerja sama ini warga semua,” kata perempuan berusia 72 tahun itu.
Jamilah, wakil ketua masak mengaku senang warga dilibatkan untuk masak bersama-sama. Biasanya, bila ada acara warga tinggal makan yang disiapkan panitia acara.

Warga memasak bersama. Medcom.id/Renatha Swasty
“Lebih suka yang kayak begini, lebih bareng,” kata Jamilah yang sesekali mengaduk umbut sawit yang tengah direbus.
Masak bersama itu juga menjadi hiburan buat ibu-ibu. Sambil mendengarkan musik dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sesekali mereka mengobrol.
Warga desa memang sudah biasa masak bersama. Apalagi, membantu warga yang tengah menggelar pernikahan.
Pentingnya pelibatan warga untuk pelestarian
Pelibatan warga di empat desa dalam acara kenduri maupun pelestarian KCBN Muara Jambi sangat penting. Hal ini lantaran candi juga milik masyarakat.Pelestarian candi di KCBN Muara Jambi, juga tak hanya baik bagi candi tapi juga mensejahterahkan warga. Agus mencotohkan ini terjadi pada Desa Baru.
Dulunya, warga kerap marah dan berkonflik karena merasa tidak pernah diperhatikan. Hal itu lantaran Desa Baru tak memiliki candi, tidak seperti di tiga desa lainnya.
Agus menuturkan pihaknya lalu mendorong Desa Baru untuk menciptakan kreativitas sendiri. Warga lalu bergerak. Mereka memanfaatkan sungai di desa, yakni Lubuk Penyengat untuk menjdi objek wisata.
Sungai dibersihkan dan bisa menjadi tujuan wisata. Kini, warga desa lebih sejahtera, bahkan desa itu menjadi tempat pembuatan handycraft.
“Itu salah satu contoh kita melestarikan candi tidak harus menyuruh masyarakat langsung ‘kamu konservasi ini’ enggak. Tapi gimana mereka juga mendapat manfaat dari candi tapi dari kreativitas mereka,” tutur dia.

Kanal di KCBN Muara Jambi. Medcom.id/Renatha Swasty
Agus menuturkan masyarakat yang sejahtera bakal menyelamatkan candi, seperti tidak ada pencarian artefak ilegal. Kemudian, bangunan candi yang dipugar tidak akan menerima dampak sampah polusi, kerusakan-kerusakan, macam-macam eksplotiasi wisata karena membiasakan masyarakat dengan produk ramah lingkungan.
Lalu, masyarakat akan memberikan pelayanan kepada orang yang berkunjung ke Muaro Jambi tentang pengusaaan narasi tentang sejarhanya. Mereka juga bisa mandiri mengelola site museum.
Pada akhirnya, mereka mempunyai kesadaran untuk menjaga cagar budaya karena itu juga sumber mata pencahariannya. Hal ini, kata Agus, bakal juga berdampak pada lingkungan di sekitar candi, yang kaya sumber daya alam mulai dari kayu, rempah untuk bumbu masak, hingga ikan dari kanal-kanal yang menyambung dengan Sungai Batanghari.
“Sifatnya kita mendampingi, partisipatif langsung terjun ke bawah, Jadi, enggak sifatnya instruktif ngasih uang, ngasih dana tapi melatih pengetahuan dan kapasitasnya (warga),” beber Agus.
Agus menganalogikan pelestarian KCBN Muara Jambi sebagai permanian bola. BPK sebagai wasit dan warga sebagai pemainnya.
Dia selalu mendorong warga tidak meminta bantuan dana pada pemerintah. Tapi, berkreativitas untuk memajukan wilayahnya.
“Nanti ke depan masyarakat di empat pilar ini hidup bersama-sama melestarikan KCBN Muara Jambi, sejahtera bersama-sama, semakin dilestarikan, semakin mensejahterahkan,” tutur dia.
Agus menyebut acara Empat Larang Sejarangan ini bakal jadi agenda tahunan. Tuan rumah digilir di empat desa yang mengelilingi KCBN Muara Jambi. Ini juga menjadi pengingat, kawasan tak cuma dijaga dengan hukum negara tapi juga hukum adat.
Baca juga: Lubuk Larangan, Upaya Desa Muaro Pijoan Lestarikan Budaya dan Lingkungan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News