Profesor ke-163 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Wahyu Wibowo SSi MSi. DOK ITS
Profesor ke-163 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Wahyu Wibowo SSi MSi. DOK ITS

Guru Besar ITS Kembangkan Semiparametrik Spline untuk Tingkatkan Akurasi Pemodelan Regresi

Renatha Swasty • 22 September 2023 14:41
Jakarta: Perkembangan zaman yang menghasilkan banyak data mengharuskan analisis data sebelum mengambil sebuah keputusan. Profesor ke-163 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Wahyu Wibowo SSi MSi, melakukan pengkajian sebuah metode yang tepat untuk meningkatkan akurasi pemodelan regresi (metode analisis yang biasa digunakan untuk melihat pengaruh antara dua atau banyak variabel) melalui pendekatan semiparametrik spline.
 
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Semiparametrik Spline: Strategi Peningkatan Akurasi Pemodelan Regresi dalam Kerangka Evidence Based Decision Making (EBDM), guru besar Departemen Statistika Bisnis, Fakultas Vokasi ITS ini menuturkan pentingnya analisis suatu data. Dia mengatakan analisis data menjadi dasar proses pengambilan keputusan bisnis yang lebih dikenal dengan konsep Evidence-Based Decision Making (EBDM).
 
Pemodelan regresi yang berperan penting sebagai dasar pengambilan keputusan tersebut masih memiliki permasalahan, yakni dalam penentuan fungsi regresi yang paling akurat. Fungsi dapat dikatakan akurat ketika memiliki kemampuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respons dan prediktor dengan kesalahan yang minimum.

“Menurut saya, pendekatan semiparametrik menggunakan fungsi spline dapat mengatasi permasalahan tersebut,” ujar Wahyu dalam keterangan tertulis, Jumat, 22 September 2023.
 
Alumnus S1 Statistika ITS ini memilih model semiparametrik bukan tanpa alasan. Pasalnya, model tersebut memiliki tingkat akurasi tinggi serta mudah untuk diinterpretasikan.
 
Wahyu juga memaparkan alasannya menggunakan fungsi spline karena fungsi tersebut tidak terlalu kompleks. “Selain itu, fungsi spline bersifat adaptif dan fleksibel terhadap pola hubungan yang terbentuk antarvariabel,” papar dia.
 
Inovasi tersebut tidak terbatas hanya dapat diimplementasikan dalam dunia bisnis. Tetapi juga bisa diterapkan dalam bidang industri hingga pemerintahan.
Melalui orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor, Kepala Departemen Statistika Bisnis ITS ini mengimplementasikan modelnya dalam bidang ekonometrika untuk menganalisis kesenjangan pembangunan antarprovinsi di Pulau Jawa.
 
Dalam analisisnya, Wahyu menggunakan beberapa variabel prediktor, yakni investasi, tenaga kerja, indeks pendidikan, serta indeks teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dari variabel prediktor tersebut, Wahyu mencoba mencari hubungannya dengan variabel respons, yakni indeks disparitas atau perbedaan pendapatan enam provinsi di Pulau Jawa pada 2010 hingga 2019.
 
Ketika dianalisis menggunakan fungsi spline dengan pendekatan semiparametrik, diperoleh hasil variabel investasi pada awalnya menurunkan kesenjangan. Namun, investasi dapat meningkatkan kesenjangan setelah mencapai titik tertentu.
 
“Sementara grafik pada variabel lain hanya mendatar dan tidak terjadi perubahan signifikan,” papar dosen yang pernah juga mengajar di Departemen Statistika ITS ini.
 
Setelah melakukan analisis, alumnus Magister Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menyimpulkan investasi memiliki kaitan erat terhadap kesenjangan antarprovinsi. Sementara itu, variabel prediktor lain, yakni indeks pendidikan, indeks TIK, dan tenaga kerja belum berpengaruh signifikan dalam menjelaskan kesenjangan pembangunan antarprovinsi di Jawa Timur.
 
Lewat pengaplikasian model tersebut, profesor yang juga menyandang gelar doktor dari Matematika UGM pada 2015 tersebut ingin menunjukkan model regresi semiparametrik spline dapat memiliki akurasi hingga lebih dari 90 persen. Akurasi tersebut membuat pemodelan ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan kualitas dalam pengambilan keputusan.
 
Koordinator Bidang sertifikasi Forum Pendidikan Tinggi Statistika Indonesia ini berencana model ini bisa diterapkan dalam suatu dashboard yang berguna dalam pengambilan keputusan.
 
“Semoga semua pihak, khususnya pemerintah dapat memanfaatkan model ini untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan,” harap Wahyu.
    
Baca juga: ITS Kukuhkan Enam Guru Besar Baru

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan