Staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Nur Rochmah mengatakan diabetes yang terjadi pada anak kebanyakan diabetes tipe satu. Secara umum, diabetes pada anak dibagi menjadi tiga, yaitu diabetes tipe satu, diabetes tipe dua, dan diabetes monogenik.
“Tipe satu ini beda dengan diabetes yang terjadi pada orang dewasa. Kalau dewasa ini kebanyakan diabetes tipe dua,” kata Nur dikutip dari laman unair.ac.id, Kamis, 9 Februari 2023.
Dia menjelaskan diabetes tipe satu terjadi lebih awal ketimbang diabetes tipe dua, sekitar usia 6 bulan sampai usia anak. Diabetes tipe dua anak sering dilaporkan terjadi pada usia anak atau remaja.
"Sedangkan diabetes monogenik terjadinya bisa di usia yang lebih kecil lagi misal saat masih bayi,” papar dia.
Nur menyebut penyebab terjadinya diabetes tipe satu adalah faktor genetik dan lingkungan. Kedua hal ini mengakibatkan sel beta pankreas rusak. Sel ini akan membantu tubuh menghasilkan insulin yang akan memproses gula agar bisa dicerna oleh tubuh.
“Jadi, pasien akan butuh tambahan insulin seumur hidupnya. Untuk kasus ini pasien lebih sering datang dengan keadaan emergency yaitu ketoasidosis diabetikum,” papar dia.
Nur menjelaskan ketoasidosis diabetikum merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes yakni kadar keton dalam tubuh berlebihan. Kondisi ini bisa ditandai dengan munculnya bau mulut seperti buah.
Komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan, penurunan kesadaran, sampai kejang.
Sementara itu, diabetes tipe dua dapat terjadi saat anak memiliki berat badan berlebih.
“Diabetes tipe dua berasal dari anak gemuk kemudian terjadi resistensi insulin. Hal ini dapat terlihat pada bagian leher yang menghitam. Jadi, pabriknya (Pankreas) masih normal,” tutur dia.
Sedangkan, diabetes monogenik terjadi akibat perubahan genetik. Nur menyebut gejala variasinya macam-macam dan bisa terjadi awal saat bayi.
Nur mengatakan faktor genetik sering disebut memiliki peran paling besar terjadinya diabetes pada anak. Namun, ternyata genetik hanya memiliki peran 20 persen faktor yang ada.
“Faktor gen yang bersinggungan dengan lingkungan baru muncul proses autoimun kemudian mengakibatkan kerusakan pada sel beta pankreas. Orang tua yang diabetes belum tentu anaknya diabetes juga,” jelas dia.
Ada beberapa tanda dan gejala yang harus diwaspadai terhadap kasus diabetes pada anak. Salah satunya, kencing berlebihan.
“Kalau anak sudah ada tanda-tanda banyak kencing, semalam bisa mondar-mandir ke toilet lima kali atau lebih itu sudah harus hati-hati dan segera bawa ke dokter,” papar dia.
Selanjutnya, berat badan pada anak yang meningkat drastis dibandingkan dengan sebelumnya. Dia mencontokan anak selama pandemi berat badan naik banyak, misal awal covid-19, 15 kilogram lalu setelah pandemi menjadi 30 kilogram.
"Kejadian seperti ini harus diwaspadai dan dibawa ke dokter untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya diabetes. Gemuk itu tidak lagi lucu tapi bisa berisiko diabetes,” tegas dia.
Nur mengingatkan masyarakat hendaknya meningkatkan kewaspadaan diabetes tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun anak memiliki risiko yang sama. Dia menyebut sering tidak disadari awalnya sehingga saat datang ke pelayanan kesehatan kebanyakan dalam keadaan gawat sampai memerlukan perawatan di ICU.
Dia menyebut peran orang tua sangat penting guna mengatur asupan nutrisi yang diberikan pada anak. “Orang tua perlu mengatur asupan nutrisi yang masuk ke anak. Jangan terlalu banyak yang manis-manis. Dilihat juga apakah ada gejala mengarah diabetes atau tidak. Kalau ada, segera bawa ke dokter,” tutur dia.
Baca juga: Diabetes pada Anak, Tips Makanan yang Bisa Diberikan Para Ibu |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News