"Ini bukan urusan pemilu, pilpres, dan lain-lain. Yang kami tuju adalah Presiden. Bagaimana kepemimpinan Presiden dalam mengelola negara," kata Gandjar dalam program Panggung Demokrasi melalui YouTube Metro TV dikutip Jumat, 9 Februari 2024.
Gandjar mengatakan kritik keras mungkin baru terasa sekarang. Sebelumnya, kritik telah dilancarkan oleh akademisi.
"Saya rasa banyak kritik yang halus (sebelumnya). Tapi sekarang bergulir terus. Dan kenapa baru sekarang (kritik keras)? Saya tanyakan kembali, memang kenapa kalau sekarang? Pahamkah bahwa saat ini sudah mendekati titik kulminasi?" tutur dia.
Gandjar menilai semakin mendekati hari pencoblosan pada 14 Februari 2024, sikap Presiden Jokowi semakin tidak netral. Dia menyebut tampak ada pasangan calon tertentu yang mendapatkan keuntungan atas keberpihakan Presiden.
"Kita mengimpikan kontes yang fair. Dan kontes yang fair itu, wasitnya, pengawasnya, penontonnya bertindak dengan etik, dengan fair," tegas dia.
Sementara itu, kritikus politik, Rocky Gerung, menyampaikan kegelisahan hari ini berada pada pencalonan anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Gibran menjadi wakil dari Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto.
"Praktiknya, sejak Gibran disodorkan melalui Pamannya itu, itu sudah penanda pertama bahwa kebusukan sedang dipersiapkan. Lalu apa yang bisa dilakukan sejauh ini, termasuk juga suara dari kampus, guru besar, termasuk rekan-rekan mahasiswa menyuarakan ini, akankah itu terdengar? Akankah itu diserap? Enggak bakalan dengar," kata Rocky.
Baca juga: Kritik Jokowi, Guru Besar UGM: Yang Saya Bela Justru Jokowi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News