Anindito tak ambil pusing soal 20 persen sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka. Sebab, target 100 persen sekolah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka bukan tujuan utama.
"Jadi, kita bukan fokus pada pokoknya 100 persen, secepat mungkin 100 persen mengimplementasikan. Yang menjadi tujuan kita adalah sekolah bisa bertransformasi sehingga murid di sekolah itu mendapatkan kesempatan belajar yang sebaik mungkin," kata Nino, sapaan karib Anindito Aditomo, di gedung A Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024.
Kurikulum Merdeka akan membuat siswa lebih bernalar kritis, kreatif, mandiri, bergotong royong, dan memiliki akhlak mulia. Hingga akhirnya terjadi pengembangan karakter dan kompetensi literasi dan numerasi.
"Kurikulum Merdeka memang membantu karena dia tidak membagi dengan materi yang terlalu banyak, dia punya fleksibilitas yang memungkinkan guru untuk dan bahkan mengharuskan untuk menyesuaikan kurikulum nasional itu di tingkat satuan pendidikan sesuai dengan kondisinya," jelas Nino.
Nino menjelaskan satuan pendidikan yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka masih diberikan dua tahun untuk dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Bahkan, diberikan tambahan satu tahun lagi untuk sekolah yang berada di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).
"Kita targetnya adalah semua sekolah mengalami peningkatan kualitas belajaran dan itu kita ukur melalui asesmen nasional (AN). Jadi, targetnya bukan ketika sekolah bergabung (Kurikulum Merdeka) tapi ketika melakukan refeleksi yang membuat mereka memperbaiki pembelajarannya," tutur dia.
Baca juga: Berkat Kurikulum Merdeka, Sulap Sekolah di Sorong dari 'Buangan' Jadi Penggerak |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News