Selain tanpa tes, dia menjadi penerima UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen (UKT 0) dari UGM sehingga dibebaskan dari biaya kuliah hingga 8 semester. Dia juga menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.
Arifin merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis, 46, dan Afrianti, 40, asal Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar. Sang ayah merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga yang setiap hari menjalankan usaha toko kelontong.
Dari usahanya itu, pendapatan yang dihasilkan setiap bulan rata-rata Rp1-1,5 juta untuk menghidupi keluarga besarnya. Sejak kecil, Arifin tumbuh dalam lingkungan sederhana.
Bahkan, di awal kehidupannya dijalani di barak pengungsian. Dia lahir tiga bulan setelah tsunami meluluhlantahkan Banda Aceh, termasuk kampung halamannya.
Sejak lahir hingga usia dua tahun, Arifin terpaksa tinggal di tenda barak pengungsian karena rumah orang tuanya rata dengan tanah tak bersisa. Dalam kondisi mengungsi, Arifin terlahir prematur di usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1,3 Kg.
“Saat terjadi tsunami Desember 2004 lalu, ibu masih kondisi hamil saya usia kandungan lima bulan. Alhamdulillah, bapak ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit kala itu,” cerita Arifin dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 11 Juli 2023.
Dua tahun tsunami berlalu, ia dan keluarganya kembali ke kampung halaman menempati rumah bantuan tsunami dari pemerintah. Sejak saat itu sang ayah memulai kembali usaha toko kelontong warisan keluarga di Desa Keudebing yang berjarak sekitar 4 Km dari rumahnya.
Meski hidup dengan kondisi pas-pasan, namun Arifin tak pernah berkecil hati. Apalagi, berputus asa dalam menggapai mimpi.
Sejak kecil ia memimpikan bisa berkuliah agar terlepas dari belenggu keterbatasan. Karena itu, sedari bangku sekolah dasar ia berusaha berprestasi dengan tekun belajar.
Hasil tak pernah menghianati usaha. Sejak SD hingga SMP, Arifin selalu masuk tiga besar di sekolah dan pada jenjang SMA selalu meraih ranking 1 dan mendapatkan beasiswa pendidikan. Sederet prestasi di tingkat nasional pernah diraih Arifin, seperti juara 1 kompetisi Bahasa Inggris Jenius Competition 2022, juara 1 lomba esai FPCI UGM 2022, dan juara 1 Olimpiade Bahasa Inggris yang digelar PT Bima Competition.
Keinginan berkuliah semakin menguat karena dorongan dari guru di sekolahnya MAN 1 Banda Aceh. Arifin menjatuhkan pilihan ke UGM sebagai tempat melanjutkan studi.
“Sejak SMP memang pengin kuliah di UGM. Kata orang-orang, kalau ada potensi lebih baik kuliah di luar Aceh, jadi saya semakin mantap pilih UGM karena 12 tahun kan sudah habiskan belajar di Aceh,” tutur dia.
Dia meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi dengan pilihan di UGM. Kedua orang tua Arifin memberikan restu dengan syarat harus mencari beasiswa karena tidak mampu bila membiayai mandiri.
“Saat tahu diterima masuk UGM, waktu itu saya bahagia sekaligus sedih karena masih mikir apa nanti bisa kuliah sampai selesai karena terkendala biaya,” ucap dia.
Kegembiraan turut dirasakan oleh Mukhlis dan Afrianti saat mengetahui putra sulungnya berhasil diterima masuk UGM tanpa tes. Mereka tahu betul keinginan kuat Arifin bisa merasakan bangku perkuliahan.
“Anaknya sejak dulu memang pengin kuliah di Yogja. Kami senang anak bisa diterima masuk UGM gratis,” ungkap Afrianti .
Afrianti mengatakan ia dan suami lega karena putranya bisa meraih apa yang telah lama diimpikan. Namun, mereka juga terkejut ketika mengetahui Arifin hanya dibebaskan dari biaya kuliah saja. Sementara itu, biaya hidup selama kuliah masih harus mengupayakan sendiri.
“Ternyata beasiswanya tidak full, asrama dan biaya hidup tidak ditanggung. Saat itu saya bilang ke anaknya untuk tidak usah diambil karena memang tidak mampu biayanya, bantu-bantu di rumah jualan saja,” ungkap dia.
Mereka lantas ke sekolah untuk menyampaikan hal tersebut. Namun, pihak sekolah menyarankan Arifin tetap lanjut kuliah. Sebab, Arifin menjadi salah satu dari dua lulusan MAN 1 Banda Aceh yang berhasil menjadi angkatan pertama tembus masuk UGM.
“Soal biaya hidup kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Semoga dapat, kalau tidak ya anaknya cari beasiswa lainnya untuk hidup di Yogja,” tutur Mukhlis.
Tak lama lagi, Arifin segera berangkat menuntut ilmu ke UGM. Namun, Mukhlis masih galau soal biaya transportasi yang begitu besar menuju Yogyakarta.
“Tiket belum ada, semoga bisa segera terkumpul sedikit demi sedikit untuk berangkatkan anak ke Yogya,” kata dia.
Mukhlis berharap Arifin bisa menjalani kuliah dengan lancar, lulus tepat waktu, dan segera mendapatkan pekerjaan. “Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya,” harap Mukhlis.
Arifin merupakan satu di antara ribuan anak bangsa yang berhasil diterima kuliah di UGM. Meski terlahir dari keluarga kurang mampu, namun ia berhasil membuktikan keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang bagi seseorang meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Baca juga: Masuk UGM Lewat Jalur Mandiri, Mahasiswa Tetap Berhak Dapat Beasiswa KIP-K |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id