Peneliti lingkungan sekaligus dosen Departemen Teknik Lingkungan ITS, Arry Febrianto. DOK ITS
Peneliti lingkungan sekaligus dosen Departemen Teknik Lingkungan ITS, Arry Febrianto. DOK ITS

Peneliti ITS Soroti Penyelesaian Polusi: Semprot Air Sudah Baik, Beli Kendaraan Listrik Perlu Ditinjau Ulang

Renatha Swasty • 05 September 2023 09:20
Jakarta: Dosen Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arry Febrianto menyoroti sejumlah solusi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait masalah polusi udara. Febri, sapaan karib Arry Febrianto, menilai ada solusi yang sudah baik, namun ada juga yang perlu ditinjau ulang.
 
Febri menyoroti penyemprotan air ke jalanan dan gedung tinggi. Dia menilai meski dinilai tidak berpengaruh pada masyarakat, langkah ini justru baik karena dapat meminimalisasi polutan yang berasal dari debu jalan.
 
Dia mengungkapkan polutan jalan kota berkontribusi sekitar 1- 6 persen di musim penghujan dan 9 persen di musim kemarau terhadap polusi di Jakarta. Kebijakan lain yang diberlakukan saat ini adalah Work From Home (WFH) atau kerja dari rumah bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Febri mengatakan signifikansi pengaruh langkah ini perlu dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya. Perhitungan ini melibatkan data empiris terkait jumlah, jenis, serta proporsi penggunaan kendaraan ASN Pemerintah DKI Jakarta terhadap total kendaraan di pusat ekonomi negara ini.
 
Sedangkan, terkait pengadaan kendaraan listrik, Febri mengakui langkah ini bisa saja menjadi solusi untuk mengurangi emisi di jalanan. Namun, penggunaan batubara yang menghasilkan emisi tinggi sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik tidak dapat diabaikan.
 
“Perlu ditinjau kembali aturan dan kebijakannya agar tidak hanya sekadar memindahkan polusi dari jalanan ke pembangkit listrik,” tegas Febri dalam keterangan tertulis, Selasa, 9 September 2023.
 
Febri juga mengimbau agar masyarakat dapat lebih bijak dalam penggunaan energi. Dia mendorog pemakaian transportasi publik, penghijauan, serta memilah dan mengolah sampah.
 
“Masyarakat juga dapat membantu meminimalisasi jejak karbon dari distribusi produk dengan meningkatkan penggunaan produk lokal,” tutur dia.
 
Febri mengingatkan pemerintah juga mesti meningkatkan strategi pengendalian kualitas udara, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak. Dia menyebut program pemantauan emisi real time berkelanjutan dapat dibuat lebih praktis dengan digitalisasi.
 
Tak hanya itu, peningkatan standar baku mutu berikut regulasi dan penegakan hukum serta peningkatan transisi energi ke energi baru terbarukan juga diperlukan. Febri menjelaskan fenomena berulang ini terjadi karena emisi polutan yang dilepas melebihi kapasitas lingkungan. Hal tersebut membuat lingkungan tidak dapat melakukan pemulihan secara alami.
 
“Polutan tersebut kemudian mengalami reaksi perubahan dengan cahaya matahari di atmosfer lalu membentuk kabut pekat seperti yang terlihat di langit Jakarta akhir-akhir ini,” papar Febri.
 
Berdasarkan data Vital Strategies, rata-rata tahunan konsentrasi polutan PM2,5 di Jakarta lebih tinggi empat sampai lima kali dibandingkan dengan standar kualitas udara World Health Organization (WHO). Febri mengatakan angka tersebut menunjukkan tingginya tingkat konsentrasi pencemar pada daerah ini.
 
Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan akut, penyakit paru-paru obstruktif kronis, kanker paru-paru, hingga kematian dini. Febri mengingatkan polusi udara tidak hanya terdapat di luar ruangan tetapi terjadi juga di dalam ruangan.
 
Menurutnya, penting agar masyarakat mengetahui sumber pencemar di sekitar dan cara meminimalisirnya. Sinergi masyarakat dan pemerintah dalam perbaikan kualitas lingkungan dibutuhkan guna menaikkan kualitas lingkungan tersebut.
 
“Bumi adalah rumah kita semua, maka mari kita harus jaga dan rawat bersama,” pesan Febri.
 
Baca juga: Polusi Udara Buruk, Pakar Unair Sebut Perlu Dibuat Aturan Ketat Emisi Polutan Industri dan Kendaraan

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan