Guru Besar Fisika Teori IPB University, Husin Alatas, menjelaskan kondisi langit cerah biasanya berwarna biru karena adanya hamburan cahaya oleh molekul-molekul udara di atmosfer. Cahaya putih matahari terdiri atas berbagai panjang gelombang.
“Ketika cahaya mengenai molekul udara yang ukurannya sangat kecil dibanding panjang gelombangnya, terjadi hamburan Rayleigh. Dalam proses ini, cahaya biru dengan panjang gelombang kecil lebih banyak terhambur dibanding warna merah,” papar Husin, Rabu, 3 September 2025.
Hal ini menyebabkan langit terlihat biru pada siang hari. Namun, ketika matahari terbit atau tenggelam, langit cenderung tampak merah-jingga.
“Posisi matahari yang berada di bawah ufuk membuat cahaya merah dan jingga, yang tidak banyak terhambur, lebih dominan terlihat oleh pengamat,” papar dosen pengampu mata kuliah Optik dan Fotonik itu.
Baca juga: 5 Agustus Hari Terpendek, Apa Maksudnya? |
Husin juga menjelaskan selain hamburan Rayleigh, ada pula hamburan Mie yang terjadi bila partikel penghalang cahaya berukuran lebih besar, seperti aerosol atau droplet air.
“Hamburan Mie menyebabkan cahaya terhambur merata untuk semua panjang gelombang. Inilah alasan awan terlihat putih, meskipun langit berwarna biru,” ujar dia.
Dalam kasus video viral tersebut, bila benar diambil pada siang hari, kemungkinan besar atmosfer mengandung konsentrasi tinggi aerosol atau debu halus. Misalnya, akibat polusi, asap kebakaran, atau debu vulkanik.
“Partikel-partikel ini dapat menyerap cahaya biru dan ungu serta lebih banyak memantulkan cahaya merah dan jingga. Kombinasi penyerapan selektif dan hamburan Mie membuat langit tampak merah meskipun matahari masih tinggi,” ujar Husin.
Husin menegaskan terkait narasi ‘matahari jatuh’ tidak benar secara ilmiah. “Matahari adalah bintang dengan volume 1,3 juta kali bumi dan radius 110 kali radius bumi. Jaraknya sekitar 150 juta kilometer dari bumi. Jadi, mustahil matahari jatuh ke bumi,” tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News