Ketua Panitia Seleksi UM-PTKIN, Mahmud mengatakan, ada 115.315 pendaftar UM-PTKIN tahun 2021. Dari jumlah itu, yang melakukan proses pembayaran sebanyak 101.738 orang. Sedangkan yang melakukan finalisasi serta berhak mengikuti ujian sebanyak 100.038 calon mahasiswa.
"Jumlah yang sudah menyelesaikan SSE secara nasional sebanyak 95.342 atau 95,3% dari 100.038 peserta yang berhak mengikuti ujian. Mereka yang tidak ikut, dimungkinkan karena sudah lulus melalui jalur lain,” ujar Mahmud di Bandung, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 28 Mei 2021.
Mahmud menjelaskan, dengan SSE, peserta dapat mengikuti UM-PTKIN secara daring dari rumah masing-masing. Mereka menggunakan perangkat smartphone/tab/notebook/laptop/Personal Computer yang memiliki kamera dan speaker aktif.
Ujian Masuk PTKIN 2021 dilaksanakan oleh 58 PTKIN dan satu Fakultas Agama pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yakni: Universitas Singaperbangsa Karawang. Peserta terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: IPA (8.264 peserta) dan IPS (91.774 peserta).
Baca juga: Kemenag: UM-PTKIN Jadi Best Practice Seleksi Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri
Selain penggunaan SSE, hal baru lainnya dalam UM-PTKIN tahun ini adalah adanya mata uji baru berupa Baca Tulis Al-qur'an (BTQ). Selama ini, mata uji yang diujikan hanyalah Uji Keislaman, Tes Potensi Akademik (TPA), Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Matematika dan IPA terpadu (khusus kelompok IPA), serta IPS terpadu (khusus kelompok IPS).
“Dengan adanya mata uji baru berupa Baca Tulis Al-qur'an atau BTQ, diharapkan mahasiswa yang masuk ke PTKIN sudah selesai dengan bacaan Al-qura'nnya,” ujarnya.
"Selain itu terdapat materi wawasan kebangsaan dan moderasi beragama," sambungnya.
Sukses penyelenggaraan UM PTKIN 2021 dengan SSE ini mendapat apresiasi dari Sekjen Kemenag, Nizar. Dia menilai sistem IT yang digunakan sudah bagus, terbukti dengan pelaksanaan UM-PTKIN berjalan lancar, sukses, dan tidak ada lagi perjokian.
"Ini membuktikan sistemnya terstruktur, terencana dan saya sangat mengapresiasi kepada panitia, pengawas yang sudah melaksanakan ujian dengan baik, lancar," tegasnya.
Meski demikian, Nizar berharap sistem ini bisa terus dikembangkan agar benar-benar bisa menjaring siswa yang memiliki kecakapan baca tulis Al-Qur'an (BTQ), wawasan kebangsaan, dan bisa menjadi agen moderasi beragama.
Hal senada disampaikan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhamad Ali Ramdhani. Dia berharap seleksi ini dapat melahirkan anak-anak terbaik sebagai insan paripurna.
"Sesuai koridor, perencanaan, kamera yang menyala mengingatkan kita untuk tidak contek-contekan. Jika ada, langsung ditindak tegas dari panitia. Sukses buat semuanya karena tidak ada superman, tapi yang ada super team," ujarnya.
"Apa yang kita lakukan ini selasar dengan apa yang direncanakan. Mudah-mudahan sistem ini dapat menghadirkan kader-kader terbaik dalam bingkai Islam rahmatan lil alamin," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News