Menristekdikti, Mohamad Nasir saat memberi sambutan di Konferensi Informasi Pengawasan (Korinwas) Bapeten 2019, di Jakarta, Kemenristekdikti/Humas.
Menristekdikti, Mohamad Nasir saat memberi sambutan di Konferensi Informasi Pengawasan (Korinwas) Bapeten 2019, di Jakarta, Kemenristekdikti/Humas.

Edukasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir Jadi Prioritas

Menristekdikti: Penolakan Masyarakat Terhadap PLTN Masih Tinggi

Antara • 30 April 2019 19:03
Jakarta:  Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih mendapat tantangan besar terkait dengan penolakan masyarakat.  Sehingga meski tenaga nuklir memberikan banyak keuntungan, namun tetap belum dapat diterapkan dalam waktu dekat di Indonesia.
 
"Problemnya adalah penolakan masyarakat terhadap PLTN masih tinggi.  Penolakan karena apa? Yang pertama, orang ditakut-takuti istilah nuklir itu ya, apakah kasus Fukushima, Chernobyl, dan lain-lain,"  kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir dalam Konferensi Informasi Pengawasan (Korinwas) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) 2019 dengan tema Penegakan Hukum dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir di Jakarta, Selasa, 30 April 2019.
 
Oleh karena itu, Nasir menuturkan, saat ini yang harus dilakukan adalah meningkatkan edukasi terhadap masyarakat tentang manfaat, aspek keselamatan dan keamanan tinggi dari penggunaan teknologi nuklir sebelum melakukan penegakan hukum.  Menurut Nasir, secara ekonomis, PLTN menguntungkan, apalagi seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga semakin maju, sehingga bisa menempatkan aspek keamanan dan keselamatan tinggi untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN.

Hingga saat ini, Indonesia sudah menggunakan tenaga nuklir terbatas pada bidang-bidang tertentu, seperti industri, pertanian, pangan, serta penelitian.  Namun belum pada bidang-bidang yang menghasilkan energi.
 
Baca:  PLTN Dipertimbangkan jadi Sumber Listrik
 
Dari diskusi di Rusia, kata Nasir, harga energi listrik dengan menggunakan PLTN akan lebih murah.  Ia menggambarkan, dengan pembangkit listrik biasa harganya bisa mencapai sekitar tujuh sen per kwh.  Namun dengan menggunakan nuklir, harga listrik bisa ditekan hingga sekitar 3,9 sen per kwh.
 
Nasir mengatakan, pembangunan PLTN di Indonesia sangat potensial, sepanjang tidak dibangun di daerah yang dilalui cincin api atau yang tidak terkena gempa bumi, terutama di Kalimantan bagian selatan, tengah, dan barat, serta Bangka Belitung.
 
"Problemnya adalah apakah kita ingin memaksakan sesuatu yang masyarakat menolak, ini tidak boleh gitu kan. Teknologi itu harus bisa diterima masyarakat dan bisa menghasilkan," kata mantan rektor terpilih Universitas Diponegoro (Undip) ini.
 
Nasir tidak ingin, pemanfaatan energi nuklir baru dilirik saat telah terjadi kesulitan energi baru. Padahal PLTN harus disiapkan sejak jauh hari, jangan menunggu keadaan terdesak akan kebutuhan energi alternatif.
 
Dengan penolakan masyarakat yang masih besar terhadap PLTN, maka Indonesia belum dapat merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dalam waktu dekat.  Sedangkan negara lain sudah mulai meningkatkan pemanfaatan nuklir, salah satunya Tiongkok.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan