Menurut dia sebelum dilaksanakan PTM, pihak sekolah melakukan sosialisasi kepada siswa dan orang tua siswa dengan tujuan agar siswa saat melaksanakan PMK sudah siap dengan adaptasi kebiasaan baru di sekolah. Orang tua juga bisa memberikan pemahaman dan izin kepada anaknya untuk mengikuti pembelajaran tatap muka.
Ia menyebut pihaknya juga akan melakukan pendataan siswa. Apakah siswa tersebut berangkat sekolah dengan membawa kendaraan sendiri, diantar orang tua, atau memakai jasa angkutan umum.
"Dalam simulasi PTM ini diutamakan siswa yang tidak memakai jasa angkutan umum saat berangkat ke sekolah," ungkap Karyadi.
Baca: UN Dihapus, Kemendikbud Diminta Perjelas Mekanisme Kelulusan Siswa
Ia menuturkan hingga saat ini petunjuk teknis pelaksanaan pembelajaran tatap muka belum diterima dari Pemprov. Namun, berdasarkan pengalaman simulasi yang pernah dilaksanakan dalam sehari, hanya ada 12 siswa dalam satu kelas dan akan bergantian selama dua minggu.
"Izin dari orang tua juga akan menentukan apakah siswa itu akan mengikuti PMK atau tidak, kalau tidak ada izin dari orang tua maka juga tidak akan dipaksakan," kata Karyadi.
Ia menambahkan, selain itu juga akan di inventarisasi apakah siswa tinggal di daerah yang aman atau masih masuk daerah tidak aman dari covid-19.
"Ini juga akan kami lakukan, intinya siswa yang akan mengikuti pembelajaran tatap muka ini tinggal di daerah yang aman atau bukan zona merah, menggunakan kendaraan sendiri atau di antar oleh orang tuanya dan mendapatkan izin dari orang tua," kata Karyadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News