Menurutnya, perubahan besar yang terjadi di dunia, terutama melalui media sosial dan ruang digital, telah membentuk cara berpikir dan menentukan preferensi politik masyarakat, khususnya generasi muda.
“Yang ingin kita ketahui adalah bagaimana cara pikir, pola pikir, serta pengalaman anak muda dalam memaknai perubahan menuju 2029 agar tetap berada pada koridor yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Lestari dalam Diskusi bertajuk Preferensi Politik Gen Z Indonesia, di Auditorium Perpustakaan Panglima Itam, NasDem Tower, Jakarta, Kamis, 30 Oktober 2025.
Narasumber dalam diskusi tersebut, Guru besar Ilmu Politik UIN Jakarta Burhanuddin Muhtadi, Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP Partai NasDem Atang Irawan, Alumnus Remaja Bernegara NasDem Nurul Ain Hayati Rangkuti dan Rafly Arya Ramadhan.
Rerie, sapaan Lestari Moerdijat, menilai setiap perhelatan politik selalu menghadirkan pemain baru dan strategi baru yang perlu diantisipasi oleh semua pihak. Tidak hanya partai politik tetapi juga masyarakat luas, terutama para pemilih dari generasi Z. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa adanya fenomena baru yang perlu diwaspadai, yakni upaya terstruktur dan sistematis untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat global melalui teknologi dan media sosial.
“Kalau dulu kita mengenalnya sebagai brainwashing, kini bentuknya jauh lebih halus dan kompleks. Tanpa disadari, cara-cara ini dapat membentuk preferensi dan bahkan pandangan ideologis seseorang,” jelasnya.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menambahkan, teknologi digital ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi dapat menjadi sarana refleksi dan pembenahan diri, namun di sisi lain bisa menjadi ancaman bila tidak dipahami dengan benar. “Tanpa kesadaran dan pemahaman terhadap mekanisme ini, yang terjadi justru bisa menjadi bencana,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Rerie juga menyoroti pentingnya pemetaan terhadap karakter dan pola pikir generasi muda Indonesia saat ini. Ia menilai, perbedaan pandangan antargenerasi, bahkan dalam satu keluarga menunjukkan adanya perubahan cara berpikir yang signifikan akibat pengaruh lingkungan dan teknologi.
“Saya punya anak berusia 17 hingga 30 tahun, dan perbedaan cara pandang di antara mereka sangat terasa. Bayangkan saja, dalam satu rumah saja bisa berbeda jauh, apalagi dalam konteks masyarakat luas,” ujarnya.
Menurutnya, Partai NasDem sangat menghargai peran survei, bukan sekadar untuk mengukur elektabilitas, tetapi juga untuk memahami aspirasi publik, termasuk pandangan generasi muda.
“Kami percaya survei adalah alat untuk membaca pikiran publik dan memahami arah perubahan,” tambahnya.
Menutup sambutannya, Rerie mengingatkan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan menjelang kontestasi politik 2029. Ia menegaskan, perbedaan pandangan adalah hal wajar, namun jangan sampai berkembang menjadi kebencian dan perpecahan.
Baca Juga :
COO Mekari Sebut Pendidikan Indonesia Butuh Lebih Banyak Critical Thinking Jangan Cuma Hafalan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
	 
											 
											 
											