Peringatan setiap 8 September ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) dalam Konferensi Umum UNESCO ke-14 pada 26 Oktober 1966.
Hari Aksara Internasional 2022 mengangkat tema “Transforming Literacy Learning Spaces”. Tema tersebut dipilih sebagai pengingat pentingnya ruang belajar literasi dalam membangun pendidikan berkualitas, inklusif, dan dapat diakses semua masyarakat.
Tema “Transforming Literacy Learning Spaces” diadopsi oleh Kemendikbudristek Indonesia menjadi “Transformasi Literasi dalam Konteks Merdeka Belajar”. Momentum peringatan Hari Aksara Internasional merupakan saat yang tepat untuk saling bertukar dan memperdalam pemahaman tentang Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar.
Puncak perayaan Hari Aksara Internasional 2022 diselenggarakan secara online pada 8 September 2020 melalui kanal YouTube Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Sementara itu, perayaan offline diselenggarakan di Raja Hotel Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Perayaan offline dihadiri perwakilan UNESCO Paris, Dirjen UNESCO Jakarta, beberapa tamu undangan, dan masyarakat umum. Dengan adanya perayaan ini, diharapkan minat belajar literasi di Indonesia semakin meningkat.
Pasalnya, berdasarkan survei oleh International Student Assessment (PISA) Tahun 2019, minat baca masyarakat Indonesia menempati rangking ke-62 dari 70 negara di dunia. Artinya, Indonesia berada dalam jajaran 10 negara dengan tingkat literasi paling rendah.
Rendahnya tingkat literasi Indonesia disebabkan oleh stigma ihwal masyarakat hilir memiliki budaya baca rendah. Padahal, hal ini adalah tanggung jawab pemerintah untuk memberikan akses pendidikan terbaik secara merata ke seluruh Indonesia.
Sejarah Hari Aksara
Hari Aksara Internasional berawal dari keresahan buta huruf yang menjadi masalah di banyak negara di dunia. Buta huruf tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga negara maju. Permasalahan ini menjadi global sehingga membutuhkan tekad bersama untuk mengatasinya.Kemudian UNESCO mengadakan Konferensi Dunia yang bertajuk “World Conference of Ministers of Education on the Eradication of Illiteracy” pada 8 September 1065 di Teheran, Iran. Pemerintah Republik Iran mengusulkan pada UNESCO untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang berjasa dalam perjuangan melawan buta huruf.
Permintaan dari Pemerintah Republik Iran resmi dikabulkan. Setahun setelahnya, UNESCO mendeklarasikan 8 September sebagai Hari Aksara Internasional. Untuk pertama kalinya, Hari Aksara Internasional diselenggarakan pada 8 September 1967.
Pentingnya peran literasi semakin disorot ketika pelaksanaan Konferensi Dunia “Education for All” di Jomtien, Thailand pada 2019. Hingga pada akhirnya literasi dimasukkan sebagai salah satu poin Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2015, bidang pendidikan.
Seiring perkembangan zaman, Hari Aksara Internasional melebarkan fokusnya pada keterampilan literasi digital mulai 2017. (Annisa Ambarwaty)
Baca juga: Pemerintah Targetkan Angka Buta Aksara di Bawah 1% di 2024 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News