Motivasinya menjadi dokter semakin kuat setiap kali mengantar sang Ibu kontrol kesehatan di rumah sakit.
“Setiap kali kontrol, saya kepikiran, kok hebat ya seorang dokter bisa membantu untuk menyembuhkan keluhan pasien-pasiennya. Dan mulai dari situ, sebenarnya sudah kepikiran untuk kayaknya kuliah di kedokteran bagus,” kata Damar dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 29 Juli 2024.
Anak kedua dari pasangan Mohammad Sarif, 49, dan Yayuk Suprihatin, 49, itu berasal dari keluarga kurang berada. Dia tinggal di rumah yang cukup sederhana di sebuah gang kecil yang hanya bisa dilalui oleh satu motor di daerah Mangkuyudan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Sehari-hari, Sarif bekerja menjadi tukang bengkel dengan penghasilan kurang dari Rp1,5 juta per bulan. Penghasilannya berdasarkan jumlah motor yang berhasil diperbaiki per hari.
Sarif sudah melakoni pekerjaannya sejak 21 tahun lalu. Dari pekerjaan itu, untuk membiayai kebutuhan sekolah kedua anaknya. Sedangkan istrinya, Yayuk, merupakan ibu rumah tangga yang rutinitas sehari-harinya memasak dan mengurus keluarga.
Meskipun tumbuh di keluarga dengan keterbatasan ekonomi, Damar memiliki berbagai prestasi. Di bangku SMP dan SMA, Damar sudah meraih berbagai prestasi dan kejuaraan yang didapatkan hingga tingkat Nasional.
Mulai dari perlombaan menyanyi, lomba macapat (tembang Jawa), lomba menggambar, lomba desain poster, serta FLS2N. Damar juga menyeimbangkan kualitas diri aktif mengikuti organisasi, misalnya dia pernah menjabat sebagai Ketua Osis dan Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas) semasa sekolah.
Damar bercerita menjelang kelulusannya di SMA Negeri 1 Yogyakarta, dia mendaftar kuliah di Program Studi Kedokteran FK-KMK UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Dia senang bukan kepalang diterima kuliah di prodi yang paling diminati oleh calon mahasiswa di setiap perguruan tinggi itu.
Namun, saat menunggu pengumuman biaya UKT, perasaan Damar menjadi campur aduk. Mengingat, kondisi ekonomi keluarganya yang tidak akan bisa memenuhi kebutuhan selama kuliah kelak.
“Melihat dari kondisi ekonomi, bisa dikatakan, masih menengah ke bawah banget. Jadi kayak belum sepenuhnya yang bisa menutupi segala keperluan kuliah, apalagi bayar UKT, di kedokteran lagi,” ujar dia.
Berkat doa dari orang tua dan kegigihannya, dia beserta kedua orang tuanya bersyukur setelah mendapat kabar Damar mendapatkan Beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen dari UGM. Sehingga, ia digratiskan dari biaya kuliah.
“Kami sangat bersyukur sekali. Sejak kecil ia sudah bercita-cita kuliah di kedokteran UGM, akhirnya bisa tercapai,” kata Yayuk.
Yayuk mengaku sebagai ibu dirinya sangat mendukung keinginan sang anak untuk melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Baginya, pendidikan menjadi nomor satu untuk anaknya dan harus diperjuangkan.
“Pendidikan anak itu harus kita dukung, apalagi dengan keadaan kami sekarang. Saya enggak mau ketika anak-anakku ini harus lebih sedih daripada keadaan saya,” ujar dia.
Melihat keberhasilan Damar kuliah di prodi kedokteran UGM, Yayuk teringat dengan kegigihan Damar sejak kecil hingga sekarang dalam menjalankan pendidikannya yang selalu ingin berprestasi baik di sekolah maupun di luar sekolah. Meski begitu, Yayuk tak pernah lupa untuk mengingatkan Damar agar selalu rendah hati dalam menjalani setiap proses kehidupannya.
“Karena memang dasarnya kami orang enggak punya. Sehingga sejadi apa pun besok, kamu (Damar) harus tetap rendah hati,” pesannya kepada Damar.
Baca juga: Regina, Anak Pengrajin Bambu dari Buleleng Kuliah Gratis di UGM |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News