Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid berfoto dengan para seniman yang terlibat dalam GSMS, Dokumantasi Humas Kemendikbud.
Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid berfoto dengan para seniman yang terlibat dalam GSMS, Dokumantasi Humas Kemendikbud.

Gerakan Seniman Masuk Sekolah

Sekolah Krisis Guru Kesenian

Citra Larasati • 27 Juli 2018 15:17
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengajak para seniman dan sastrawan lokal untuk masuk ke sekolah melalui (Gerakan Seniman Masuk Sekolah).  Program ini dilakukan tak hanya sebagai solusi dari kurangnya jumlah guru kesenian di sekolah, namun juga sarana untuk memperkuat pendidikan karakter.
 
Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan, penanaman pendidikan karakter terhadap siswa di sekolah masih kurang.  Untuk itu, pelajaran berkesenian di sekolah akan dijadikan media untuk memperkuat pendidikan karakter yang menjadi salah satu fokus dari pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla di bidang pendidikan.
 
"Ingin menanamkan pendidikan karakter kepada siswa melalui pelajaran-pelajaran kesenian yang saat ini sangat kurang diajarkan di sekolah," kata Hilmar di Jakarta, Jumat (malam), 27 Juli 2018.

Hilmar juga mengatakan, pelibatan seniman juga dilakukan karena Indonesia kekurangan tenaga guru kesenian di sekolah.  "Makanya kami bekerjasama dengan 1.300 seniman yang masing-masing akan mengajar di satu sekolah di 28 provinsi," ujar Hilmar.
 
Gerakan seniman masuk sekolah juga diharapkan dapat memberikan akses terhadap kegiatan yang bersifat artistik.  Sekaligus membuka kesempatan kepada seniman lokal untuk membagikan ilmu pengetahuan tentang seni yang mereka miliki,  kepada siswa di jenjang SD, SMP, dan SMA.
 
"Jadi anak-anak diberi kesempatan berinteraksi langsung dengan seniman, dan seniman juga tahu bagaimana cara efektif membagi apa yang mereka ketahui," ujarnya.
 
Baca: Putra Karyawan Metro TV Jadi Calon Paskibraka Nasional
 
Namun Hilmar menegaskan, program ini tidak bertujuan untuk memaksa anak menjadi seniman.
Tetapi lebih kepada agar kemampuan mereka diasah, untuk mengekspresikan dirinya dengan bahasa seni.
 
"Ini penting sekali bagian dari pendidikan karakter, jadi misinya Kemendikbud," tegas Hilmar.
 
Pendidikan bagi anak, kata Hilmar, cakupannya tidak hanya pedagogik seperti sains, matematika, dan teknologi semata. Tetapi juga meliputi olahraga dan kreativitas yang bisa diterapkan melalui kesenian.
 
Dia mengimbau agar anak tidak dipaksakan untuk selalu menyukai matematika dan sejenisnya, agar bisa disebut pintar di lingkungannya.  Padahal si anak lebih suka dengan olahraga atau kesenian.
 
"Kan biasanya kognitif, nah ini yang diasah dari segi rasa. Jadi afeksinya yang disentuh. Membangkitkan rasa mereka melalui kesenian," pungkas Hilmar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan