Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, Humas SDID
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, Humas SDID

40 Ilmuwan Diaspora Dijadwalkan Mudik Agustus

Intan Yunelia • 27 Juni 2018 12:12
Jakarta:  Pemerintah akan mengundang 40 ilmuwan diaspora yang berkarya di berbagai penjuru dunia untuk ke Jakarta pada tanggal 12-18 Agustus 2018.
 
Undangan kepada 40 ilmuwan diaspora ini melanjutkan kesuksesan program  penyelenggaraan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2017.  Dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggandeng Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI).
 
“Ada kerinduan bagi para diaspora, untuk dapat berbagi dan bersumbangsih bagi negaranya Indonesia. Dalam hemat saya, selama ini sumbangsih para diaspora belum terwadahi, oleh sebab itu khusus ilmuwan dan akademisi diaspora mulai kami wadahi sejak tahun 2016, dan terus berlanjut tiap tahunnya” ujar Dirjen Ghufron, Rabu, 27 Juni 2018.

Penyelenggaraan SCKD tahun 2018 ini akan menjadi wadah bagi segenap bangsa Indonesia di manapun mereka berada untuk bisa saling berbagi, berkolaborasi, dan bersinergi membangun Ibu Pertiwi.  Dari program ini, berbagai kolaborasi dan sinergi antara ilmuwan diaspora dengan ilmuwan dalam negeri, khususnya dosen sudah banyak dihasilkan.
 
“Kalau joint publication sudah banyak saya kira. Hal ini terlihat dari banyaknya laporan yang telah disampaikan, baik secara informal maupun formal. Dengan pengikatan kerja sama resmi yang berujung kepada pertukaran mahasiswa, joint research hingga postdoc di kampus para diaspora di luar negeri. Ini kabar baik tentunya,” tutur Ghufron.
 
Baca: Menristekdikti: Jarang Diaspora Mau Kembali Pulang
 
Selain itu, banyak para ilmuwan diaspora yang membuka kesempatan bagi para ilmuwan dalam negeri datang ke kampus mereka.  Menggunakan alat-alat canggih bagi pengembangan penelitian para akademisi dalam negeri.
 
Hal ini, lanjut dia, tidak akan terwujud tanpa kolaborasi yang baik antara kedua belah pihak.
“Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh akademisi adalah melakukan kolaborasi dan membangun networking. Sebab, membangun negeri tidak dapat dilakukan oleh dan dari dalam saja, tetapi juga perlu memperkuat barisan para anak bangsa di manapun mereka berada,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan