Jakarta: Selain berat badan, tinggi badan seorang anak juga penting diperhatikan selama masa pertumbuhannya. Tinggi badan merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum. Anak bisa dikatakan stunting apabila memiliki tinggi badan yang tidak normal.
Meskipun terdengar familier, nyatanya masih sedikit orang yang menaruh perhatian pada masalah stunting. Padahal masalah kesehatan yang satu ini cukup umum terjadi di Indonesia. Pada 2020, Indonesia menempati posisi ke-2 untuk jumlah stunting terbanyak di Asia Tenggara. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sekitar 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting.
Lantas, penyakit seperti apa stunting dan apa penyebabnya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Pengertian Stunting
Mengutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, stunting adalah kondisi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari anak seusianya. Penyebab utama anak mengalami gagal tumbuh adalah malnutrisi atau kekurangan gizi.
Masalah stunting pada anak tentu tidak boleh dianggap sepele. Apabila tidak ditangani, perkembangan otak anak akan terganggu. Akibatnya tingkat kecerdasan anak menjadi turun. Tidak hanya itu, apabila dibiarkan juga bisa menurunkan kemampuan mental.
| Baca: Hari Gizi Nasional 2023: Yuk Konsumsi Protein Hewani Demi Cegah Stunting |
Ciri-ciri Stunting pada Anak
Perlu diketahui bahwa tidak semua anak yang bertubuh pendek termasuk stunting. Namun, seorang anak bisa dikatakan stunting apabila tinggi badannya setelah diukur berada pada kisaran di bawah normal sesuai standar pengukuran dari WHO.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, anak termasuk stunting apabila tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD).
Selain tubuh yang terlihat pendek dan kerdil dibanding anak seusianya, ada juga ciri-ciri lain, yaitu:
- Pertumbuhan tubuh, gigi, dan pubertas terlambat
- Wajah terlihat lebih muda dari anak seusianya
- Sulit fokus, tingkat kecerdasan menurun, dan mengalami gangguan bicara
- Cenderung pendiam dan tidak aktif saat menginjak usia 8 – 10 tahun
- Berat badan tidak normal (cenderung menurun)
- Pubertas yang lambat
- Mudah terserang penyakit karena sistem kekebalan tubuh rendah
- Beresiko mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas ketika dewasa nanti
Untuk mengetahui tinggi badan anak normal atau tidak, Anda bisa secara rutin mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat untuk diperiksa.
Penyebab Stunting pada Anak
Secara umum, stunting disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kekurangan gizi. Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak biasanya tidak hanya terjadi setelah anak dilahirkan, melainkan dimulai sejak ia masih dalam kandungan ibu.
Ada dua poin penting yang menjadi faktor utama penyebab stunting pada anak, yakni:
1. Kurang asupan gizi saat ibu hamil
Menurut WHO, sekitar 20% kejadian stunting sudah terjadi saat bayi masih dalam kandungan ibu. Ibu hamil yang kurang mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan berkualitas akan menyebabkan nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Hal ini pun menghambat pertumbuhan bayi di dalam kandungan dan terus berlanjut hingga kelahiran.
2. Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi
Anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik akan mengalami stunting, khususnya saat masih berada di bawah usia 2 tahun. Asupan ini juga termasuk ASI yang diperolehnya sewaktu bayi. Bisa disebabkan karena posisi menyusui yang tidak benar atau jumlah ASI dan MPASI yang kurang atau bahkan tidak diberikan.
3. Faktor penyebab lainnya
Ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan anak mengalami stunting, yaitu:
- Kurangnya pengetahuan ibu soal gizi sebelum dan ketika hamil serta setelah melahirkan
- Mengalami kesulitan atau keterbatasan untuk mengakses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan)
- Keterbatasan akses pada air bersih
- Anak tumbuh di lingkungan yang kotor (sanitasi buruk)
- Sulit mendapatkan makanan yang bergizi karena tergolong mahal
Penanganan Stunting pada Anak
Sayangnya stunting memiliki dampak hingga dewasa. Ketika seorang anak sudah mengalami stunting sejak masih balita, pertumbuhannya akan terus lambat hingga tumbuh dewasa. Namun, untuk mencegah kondisi anak semakin buruk, salah satu penanganan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pola asuh yang tepat.
ASI Eksklusif harus diberikan hingga anak berusia 6 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI bersama dengan MPASI sampai anak berusia 2 tahun.
Selain itu, pangan yang tersedia di masing-masing keluarga juga ikut berperan dalam mengatasi stunting. Pastikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari bergizi dan berkualitas.
Mencegah Stunting pada Anak
Stunting sebenarnya adalah masalah kesehatan yang bisa dicegah dengan memberikan nutrisi yang maksimal. Apalagi di saat 1.000 hari pertama kehidupan anak, penting untuk memastikan asupan gizinya terpenuhi. Selain itu, adapun upaya-upaya lain yang bisa dilakukan Ibu untuk mengatasi stunting pada anak:
- Memahami komponen gizi yang seimbang, baik selama hamil maupun setelahnya
- Mengonsumsi vitamin yang cukup, terutama pada saat hamil
- Melakukan pemeriksaan secara rutin selama masa kehamilan
- Memberikan ASI secara eksklusif
- Menjaga kebersihan lingkungan dan pastikan anak mendapatkan akses air bersih
(Arfinna Erliencani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id