"Kalau soal minat baca kita kan katanya masih rendah ya satu orang dari 1.000 orang. Dari kegemaran membaca buku juga masih kurang," kata Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Rosidayati Rozalina di Jakarta, Rabu, 3 April 2019.
Salah satu faktor rendahnya minta baca masyarakat karena harga buku yang tidak terjangkau. Perlu dukungan dari pemerintah dengan menjual buku berkualitas namun dengan harga terjangkau.
"Ternyata masyarakat itu perlu diberikan intensif, trik-trik untuk membuat minat bacanya meningkat," ujarnya.
Strategi lainnya, perubahan pola dari era fisik ke digital harus merambah perbukuan. Pemerintah perlu memperbanyak akses buku digital atau e-book yang mudah diakses oleh kalangan anak muda. Minta baca meningkat semudah membuka layar ponsel pintar mereka.
(Baca juga: Pemerintah Gelontorkan Rp10 Triliun untuk Perbukuan)
"Kita juga tahu di Perpusnas ada buku-buku digital yang banyak antreannya ya. Para pembacanya antre untuk bisa membaca buku-buku digital," tuturnya.
IKAPI dalam hal ini juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan literasi di Indonesia. Baik melalui pameran buku murah di seluruh Indonesia maupun penyediaan sistem informasi yang akuntabel untuk memudahkan masyarakat memesan buku melalui jaringan online.
"Pada pameran yang diselenggarakan IKAPI setiap tahunnya sekarang kita buka yang namanya zona kalap, yaitu buku-buku yang dijual dengan harga yang sangat miring. Sekarang pun bukan hanya di IBF (Indonesia Book Fair), tetapi di daerah pun ada Liga Buku Bandung, kemudian juga beberapa penerbit mengadakan kegiatan menjual buku murah ke masyarakat, jadi sekarang ini memang semakin ramai sebetulnya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News