Jakarta: Momerandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman kerja sama antara perguruan tinggi vokasi dengan industri telah banyak ditandatangani. Namun hingga kini, implementasinya masih dirasa sangat kurang.
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan penyebab implementasi atau eksekusi dari program kerja sama itu kerap berujung gagal. Atau berakhir sebatas di meja kesepakatan belaka.
"Kadang-kadang MoU sulit diimplementasi karena pendanaan. Sehingga kegiatan itu cukup banyak yang tidak jalan," kata Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Kemendikbudristek, Beny Bandanadjaya dalam Bincang Pendidikan secara daring, Kamis, 27 Mei 2021.
Baca juga: Kemendikbudristek: Upgrade D3 ke D4 untuk Efesiensi Masa Kerja
Untuk itu pihaknya memberikan insentif ketika satuan pendidikan vokasi mampu bermitra dengan industri. Setidaknya dalam program Kampus Merdeka Vokasi pihaknya membuat dua program yang mendukung kemitraan tersebut.
Pertama program SMK-D2 Fast Track dan upgrade D3 ke D4 yang melibatkan industri dalam pembuatan kurikulum dan magang. Pihaknya menyediakan anggaran hingga Rp90 miliar.
Dana tersebut akan menyasar 50 program studi di SMK-D2. Anggaran tersebut juga akan menyasar 80 prodi D3 yang akan di-upgrade menjadi D4.
Program kedua ialah matching fund yang ditargetkan menyasar pada 59 kampus vokasi. Anggaran yang disiapkan sebesar Rp180 miliar.
Adapun, tiga hal yang dapat dilakukan kampus vokasi untuk mendapatkan Matching Fund Vokasi ini di antaranya mengembangkan pusat unggulan teknologi, lalu hilirisasi riset terapan atau yang ketiga adalah startup kampus vokasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id