Hal ini mengemuka dalam Dialog Kebijakan bertajuk Epidemi/Darurat Kesehatan Masyarakat. Penelitian The Domino Study dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS), University of New South Wales (UNSW), Australia, dan London School of Health Tropical Medicine, Inggris.
Salah satu peneliti utama The Domino Study, Ari Probandari, mengungkapkan penelitian dilakukan lebih dari dua tahun layanan HIV dan TBC di Kota Yogyakarta dan Bandung sebelum dan selama pandemi. Pemilihan kedua kota tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan jumlah kasusnya cukup tinggi.
Pihaknya mengumpulkan data dari sistem informasi TBC dan HIV di kedua wilayah tersebut. Dari penelitian ini diketahui terjadi penurunan jumlah pasien yang menjalani tes TBC hingga 38 persen.
Padahal, penemuan kasus merupakan unsur penting dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia. “Angka pengobatan yang tidak berhasil juga naik satu setengah kali lipat,” ujar Guru Besar Bidang Kesehatan Masyarakat itu dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 30 Agustus 2024.
Penurunan layanan juga terjadi pada penanganan HIV meliputi angka kunjungan pasien ke fasilitas kesehatan dan pasien yang memulai serta tetap menjalani terapi pengobatan HIV. Penelitian yang juga dilakukan secara kualitatif ini menghasilkan beberapa temuan seperti hilangnya kemampuan finansial menyebabkan beberapa pasien putus berobat.
“Meski biaya pengobatan ditanggung pemerintah, pasien tetap ada pengeluaran untuk berobat,” jelas dia.
Berdasarkan temuan tersebut, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi. Salah satunya memperluas cakupan asuransi kesehatan untuk pasien yang kehilangan pekerjaan terkait pandemi.
Ari menggarisbawahi pentingnya sinergi multipihak dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi kedaruratan yang mungkin akan terjadi masa mendatang. Dari studi yang dilakukan, dia berharap dapat ditarik pembelajaran dari pandemi di masa lampau untuk kesiapan menghadapi yang akan terjadi di masa datang.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja HIV & PIMS Kemenkes RI, Endang Lukitosari, menyampaikan temuan dari studi ini dibutuhkan untuk meningkatkan awareness. Hal itu untuk mengantisipasi kedaruratan seperti pandemi covid-19.
“Kami juga perlu menerapkan diversifikasi layanan agar pelayanan kepada pasien tidak terputus,” ucap dia.
Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI, Tiffany Tiara Pakasi, mengungkap tantangan kekurangan obat selama pandemi. Hal itu berdasarkan temuan dengan peninjauan langsung di lapangan.
“Terkait kehabisan obat, itu memang kami rebutan sedunia,” ungkap dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Ira Dewi Jani, mengapresiasi temuan penelitian ini untuk melakukan advokasi kepada pemerintah daerah. “Kami merasa pandemi ini berdampak, tapi kan harus dibuktikan secara ilmiah,” ujar dia.
Kabid P2P Pengelolaan Data & Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, mengakui pandemi covid-19 membuat semua pihak kewalahan. Namun, pandemi juga memberikan pembelajaran agar senantiasa kreatif dan inovatif melakukan terobosan-terobosan dalam berbagai hal.
“Saya juga bersyukur bahwa saat pandemi penanganan TBC, wilayah saya mendapat dukungan dari Zero TB Yogyakarta, inisiasi dari FK-KMK UGM yang utamanya melakukan penemuan kasus secara aktif menggunakan mobile Rontgen,” ujar dia.
Baca juga: Peneliti Unair Temukan Karakteristik Evolusi dan Pola Transmisi HIV di Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News