Peneliti Unair Siti Qamariyah. DOK Unair
Peneliti Unair Siti Qamariyah. DOK Unair

Peneliti Unair Temukan Karakteristik Evolusi dan Pola Transmisi HIV di Indonesia

Renatha Swasty • 13 Maret 2024 14:29
Jakarta: Peneliti Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair), Dr Siti Qamariyah Khairunisa, SSi MSi, menemukan karakteristik evolusi dan pola transmisi HIV strain CRF01_AE di Indonesia. Hasil penelitian itu disampaikan pada sidang promosi doktor Fakultas Kedokteran (FK) Unair.
 
Ria memaparkan penelitiannya berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi HIV-AIDS di Indonesia. Sejak masuk pada sekitar tahun 1980-an, infeksi HIV-AIDS di dunia maupun di Indonesia terus bertambah.
 
“Virus HIV ini memang masih menjadi permasalahan serius, ya. Berdasarkan data memang angka infeksi baru terus bertambah,” ujar Ria dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 13 Maret 2024.

Sedangkan, pengendalian HIV melalui akses terapi atau antiretroviral (ARV) di Indonesia masih terbilang minim, hanya mencapai 28 persen. Sementara itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) menargetkan akses ARV sebesar 95 persen.
 
“Kondisi tersebut membuat kami prihatin, sehingga sejak awal kami melakukan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga penting untuk melakukan monitor adanya mutasi yang berhubungan dengan resistensi ARV sehingga keberhasilan pemberian obat bisa diketahui juga lebih dini,” papar Ria.
 
Ria memaparkan penelitiannya berfokus pada karakterisasi evolusi dan transmisi spasial-temporal HIV CRF01_AE sebagai strain yang paling banyak di Indonesia. Penelitian ini menerapkan pendekatan analisis melalui sekuens nearly full-genome dan geographic information system (GIS).
 
Pada analisis sekuens nearly full-genome, tahapan bermula dari pengambilan sampel darah dan analisis variasi genomik untuk mengetahui ada tidaknya mutasi. Melalui analisis ini pula, Ria menemukan pola dan jalur transmisi HIV strain CRF01_AE yang masuk ke Indonesia.
 
“Melalui analisis ini kami menemukan transmisi HIV di Indonesia ini ada empat jalur yang melibatkan negara-negara di Asia, seperti Thailand, Vietnam, Laos, Cina,” tutur Ria.
 
Sementara itu, pendekatan melalui GIS, Ria melakukan analisis transmisi HIV yang berfokus di Surabaya. Hasilnya, ia menemukan kawasan dengan penyebaran HIV tertinggi sebagai titik hot spots yang menjadi episentrum penyebaran HIV di Surabaya.
 
”Setelah kita lihat secara geografis memang di wilayah tersebut ada banyak hotel, bar, dan tempat-tempat yang berpotensi menjadi penyebaran HIV,” ungkap dia.
 
Ria menyebut penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa menjadi referensi bagi akademisi maupun masyarakat luas tentang pola transmisi HIV.
 
Untuk itu, pihaknya juga telah mengemas informasi data-data strain HIV dalam sebuah dashboard bernama INDAGI. “Harapannya ini bisa menjadi informasi bagi masyarakat luas tentang bagaimana pola penyebaran strain, evolusi mutasi HIV secara realtime sehingga upaya pencegahan bisa lebih cepat,” beber dia.
 
Ria juga telah menyusun policy brief sebagai luaran penelitian. Harapannya, policy brief tentang peran pemeriksaan resistensi antiretroviral dalam upaya pengendalian HIV itu bisa menjadi sumbangsih Unair untuk dunia kesehatan Indonesia.
 
“Kami harap policy brief kami tentang peran pemeriksaan resistensi antiretroviral untuk pengendalian HIV bisa kami kirimkan ke Kemenkes tahun ini sebagai sumbangsih Unair,” tutur dia.
 
Baca juga: Wamenkes: Komunitas Kunci Penting Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan