Selain itu, tanpa jemu-jemu untuk terus meningkatkan kedisiplinan masyarakat akan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Upaya semacam ini perlu didukung pemerintah dengan cara memberikan edukasi dan contoh.
“Jangan masyarakat disuruh-suruh 3M dan tidak liburan keluar daerah, tetapi para pejabatnya tidak taat memakai masker atau bahkan liburan kemana mana," paparnya.
Soal tingginya angka kematian akhir-akhir ini, menurut Bayu, bisa juga karena menular pada orang-orang dengan komorbid. Karena keterisian RS semakin tinggi sehingga banyak dari mereka telat mendapat perawatan.
Meski begitu, Bayu menyebut hingga saat ini belum ada data covid-19 resmi yang dirilis. Pemerintah tidak pernah merilis secara resmi data detail seberapa persen yang meninggal dengan komorbid dan berapa yang tidak dengan komorbid dan lain-lain.
“Soal keterisian rumah sakit yang tinggi ini bikin susah, tapi bukan berarti tidak mungkin dan pemerintah seharusnya sudah memikirkan ke arah sana, apabila RS semakin penuh apakah perlu membuat tenda darurat, menggunakan aula besar, karena semua perlu persiapan yang matang terkait alat dan SDM," tuturnya.
Mengantisipasi agar tidak seperti fenomena liburan akkhir tahun, Bayu berharap pengetatan PSBB yang akan diberlakukan segera pelaksanaannya dilakukan dengan kerja sama dengan pemilik rumah makan, toko, mall dan lain-lain. Jika perlu untuk restoran dan lain-lain diberlakukan jika lebih dari 50 persen tidak terima tamu atau harus dengan reservasi dahulu.
“Jika perlu denda untuk pelanggar 3 M ini bisa juga jadi alternatif tapi perlu SOP yang jelas. Tapi yang paling penting kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta, pengusaha, universitas, masyarakat dan komunitas," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News