"Upaya pemanfaatan situs purbakala sebagai sarana pendidikan masyarakat, baik pendidikan formal maupun nonformal, sangat penting, demi mewujudkan kelestarian situs dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya," kata Rerie, sapaan karib, Lestari Moerdijat, saat berkunjung ke Kabupaten Kudus, Jawa Tengah melalui keterangan tertulis, Jumat, 13 Juni 2025.
Anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu menyebut butuh dukungan semua pihak terkait mewujudkan situs purbakala yang lestari dan mampu memberi manfaat kepada masyarakat luas.
Peneliti dari Center for Prehistory Austronesia Studies (CPAS), M. Ruly Fauzi, mengungkapkan saat ini pihaknya sedang melakukan perluasan ekskavasi di situs Patiayam, Kudus, Jawa Tengah. Ini untuk mendapatkan data lebih rinci terkait temuan fosil Elephas hasil ekskavasi pada Januari 2024.
Ruly menuturkan ekskavasi di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah direncanakan berlangsung hingga 24 Juni 2025.
Pada upaya penggalian di situs Patiayam kali ini, tim yang dipimpinnya akan berupaya mengekskavasi area lebih luas dan dalam untuk memperoleh data lebih detail. Ini sebagai dasar penelitian lebih lanjut fosil Elephas yang diperkirakan hidup pada 300 ribu tahun lalu.
Baca juga: Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, Warisan Sejarah Indonesia yang Mendunia |
Koordinator Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas IndonesiaI (FIB UI), Cecep Eka Permana, mengungkapkan pemanfaatan situs purbakala seperti Patiayam di Kudus, Jawa Tengah untuk sarana pendidikan berkelanjutan merupakan langkah tepat.
Saat ini, ada sekitar 81 mahasiswa Program Studi Arkeologi FIB Universitas Indonesia (UI) sedang melakukan kegiatan KKL di situs Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
"Di situs Patiayam mahasiswa dapat mempelajari dasar keterampilan yang harus dimiliki arkeolog di lapangan, sekaligus bisa melihat langsung fosil hasil temuan teman-teman dari CPAS," ujar Cecep.
Cecep mengatakan mahasiswa sekaligus belajar bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Selama KKL yang berlangsung hingga 22 Juni 2025 itu, mahasiswa menginap di rumah penduduk sekitar.
Dia menegaskan upaya peningkatan pelestarian dan pemanfaatan situs-situs purbakala untuk mendukung riset dan proses pendidikan berkelanjutan harus mendapat perhatian semua pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News