Kampus UNS.  Foto: UNS/Humas
Kampus UNS. Foto: UNS/Humas

Penguasaan Bahasa Jawa di Kalangan Milenial Turun Drastis

Citra Larasati • 25 Maret 2021 11:40
Jakarta:  Kepala Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Supana mengatakan, penguasaan bahasa Jawa terutama di kalangan generasi muda sudah berkurang signifkan.  Supana menyoroti kekeliruan pengucapan maupun penulisan fonem atau bunyi bahasa.
 
Contoh sederhananya, kata Supana, jika dilihat penulisan lirik dalam video lagu-lagu berbahasa Jawa, kebanyakan terjadi kesalahan penulisan huruf. Seperti yang seharusnya ditulis kutha, tetapi justru ditulis kutho.
 
“Jadi sering keliru pada huruf ‘a’ yang memang dilafalkan ‘o’. Bukan hanya masalah pengucapan, ada juga gramatika atau struktur bahasanya. Misal untuk menyusun kata lima orang dalam bahasa Jawa jadi lima wong. Harusnya wong lima. Hal ini karena terpengaruh granatika bahasa Indonesia,” jelas Supana.

Adanya pengaruh gramatika bahasa Indonesia ini menurut Supana merupakan hal yang wajar karena lingkungan sosial budaya kita memang seperti itu. Utamanya di media hiburan yang umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan dapat dijangkau semua golongan.
 
Bahasa daerah di media televisi, imbuhnya, juga sedikit sekali bahkan nyaris tidak ada.  “Begitu pun dalam pendidikan, bahasa pengantarnya juga bahasa Indonesia. Maka ini menjadi pengaruh pada perkembangan bahasa generasi muda. Tidak benar-benar paham struktur bahasa Indonesia dan Jawa, jadi banyak terpengaruh dan tercampur,” katanya.
 
Lebih lanjut, Supana menyinggung perihal tingkat tutur yang cukup sering menjadi sorotan. Generasi muda, tuturnya, agak enggan menggunakan bahasa Jawa karena takut salah. Hal ini diamini oleh Djoko Sulaksono, Kaprodi Pendidikan Bahasa Jawa FKIP UNS.
 
Djoko mengatakan, bahwa saat ini penggunaan bahasa Jawa khususnya bahasa Jawa krama dan krama inggil memprihatinkan. Berdasarkan pengamatannya, sudah jarang yang menggunakan bahasa Jawa, sekalipun itu dengan teman sedaerah di mana hal ini sering terjadi saat di perantauan.
 
Baca juga:  10 Kampus Ini Masuk Nominasi UNS Jawametrik
 
Selain itu, ditemukan kosakata dari bahasa lain yang seolah “dipaksakan” ke dalam bahasa Jawa. Padahal, dalam bahasa Jawa sebenarnya kata tersebut ada. Misal, kata curiga (baca: curigo) dalam kalimat aku curiga karo dheweke. Kata curiga ini diartikan sama seperti curiga dalam bahasa Indonesia yang berbeda dengan arti dalam bahasa Jawa.
 
“Dalam bahasa Jawa Kawi, ‘curiga’ artinya keris. Ini salah satunya karena ketidaktahuan makna sebenarnya. Sering hanya karena meniru tanpa mengetahui arti sebenarnya,” ungkap Djoko.
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan