Untuk dapat masuk dalam daftar ini, para ilmuwan harus telah menerima penghargaan nasional atau internasional pada tahun sebelumnya atas penelitian mereka. Alternatifnya, mereka dinilai berdasarkan penemuan ilmiah signifikan yang dihasilkan atau kiprah kepemimpinan yang ditunjukkan dalam dunia akademik maupun industri.
Salah satu nama yang berhasil mengharumkan Indonesia adalah Prasanti Widyasih Sarli, S.T., M.T., Ph.D. Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) itu masuk daftar Asian Scientist 100 Tahun 2025.
Yuk kenalan lebih dalam Prasanti Widyasih Sarli. Berikut profilnya dirangkum dari laman resmi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Profil Prasanti Widyasih Sarli
Prasanti Widyasih Sarli merupakan dosen, akademisi, dan peneliti dari Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung. Ia aktif mengajar dan melakukan penelitian di bidang rekayasa struktur. Kiprahnya dalam dunia teknik sipil dan penelitian kebencanaan semakin dikenal setelah meraih penghargaan internasional L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2024 berkat kontribusinya dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan untuk menilai kerentanan bangunan perkotaan terhadap gempa.Sarli menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) dan magister (S2) di Institut Teknologi Bandung pada tahun 2010 dan 2012. Ketertarikannya pada rekayasa struktur dan mitigasi bencana membawanya melanjutkan studi doktoral (S3) di The University of Tokyo, Jepang. Ia berhasil menuntaskan pendidikan doktornya pada tahun 2015, sekaligus memperkuat fondasi akademiknya sebagai peneliti di bidang ketahanan bangunan.
Pada 11 November 2024, Sarli menerima penghargaan FWIS 2024 di Jakarta. Penghargaan ini diberikan kepada peneliti perempuan muda yang berdedikasi dalam inovasi ilmiah sekaligus berperan bagi pembangunan berkelanjutan. Melalui penelitiannya berjudul “Resilience for All: Indonesian Large Scale Housing Assessment”, Sarli bersama timnya mengembangkan teknologi berbasis AI yang mampu memprediksi kerentanan struktur bangunan secara cepat dan akurat hanya melalui foto.
Ia menjelaskan penelitian ini masih berada pada tahap pilot, namun memiliki potensi besar untuk membantu pemerintah serta pemangku kepentingan dalam melakukan pemetaan risiko bencana. Kolaborasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan agar inovasi ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas.
Dalam penelitiannya, Sarli menemukan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam hal ketersediaan data bangunan. Data yang ada seringkali tidak terdigitasi, tidak terpusat, dan sulit diakses. Padahal, analisis risiko suatu wilayah sangat bergantung pada pemahaman yang akurat mengenai kondisi struktur bangunan, baik rumah, sekolah, gedung pemerintahan, hingga infrastruktur seperti jembatan.
Ia berharap teknologi AI yang tengah ia kembangkan dapat menjadi solusi praktis untuk memetakan risiko di berbagai kawasan, bahkan hanya dengan memanfaatkan foto dari Google Street View. Meskipun belum sempurna, ia optimistis teknologi ini akan terus berkembang seiring penelitian yang berkelanjutan.
Menurutnya, pengembangan sistem semacam ini merupakan pekerjaan jangka panjang. Namun, ia dan tim memiliki komitmen kuat untuk terus melanjutkan riset ini, karena mereka yakin bahwa pemetaan risiko yang tepat merupakan kunci utama perlindungan masyarakat dari bencana.
Saat ini, penelitian mulai diaplikasikan untuk menganalisis data di Kota Bandung dan Padang. Ke depannya, Sarli memperkirakan fokus penelitian akan diperluas ke sejumlah kota lain di Jawa Barat.
Sarli mengungkapkan penghargaan FWIS memiliki arti mendalam baginya. Ia menggambarkan perjalanan sebagai peneliti kerap terasa sunyi dan penuh pertanyaan. Namun, pengakuan ini memberinya keyakinan bahwa jalan yang ia tempuh sudah berada di arah yang tepat.
Ia turut menegaskan Teknik Sipil merupakan pilar utama kehidupan modern. Menurutnya, banyak orang belum menyadari betapa pentingnya peran insinyur sipil, padahal hampir seluruh kebutuhan sehari-hari mulai dari hunian, sistem transportasi, hingga penyediaan air bersih, sangat bergantung pada kontribusi bidang ini.
Sarli kerap mengutip David Billington, Profesor Teknik Struktur dari Princeton, yang pernah menyatakan peradaban berdiri di atas karya-karya sipil, dan ketika kualitas karya tersebut menurun, masyarakat ikut merosot. Bagi Sarli, kutipan ini menjadi pengingat penting bahwa peran insinyur sipil berpengaruh besar terhadap keberlanjutan dan kemajuan peradaban.
Sarli berpesan kepada para mahasiswa agar menekuni bidang studi mereka dengan sungguh-sungguh serta menumbuhkan rasa bangga terhadap disiplin ilmu yang mereka pilih. Ia menegaskan para calon insinyur inilah yang akan menjadi pilar penting bagi keberlanjutan pembangunan dan masa depan peradaban. Karena itu, ia mendorong mereka untuk bekerja dengan sepenuh hati dan berkomitmen pada kemajuan masyarakat. (Syifa Putri Aulia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News