Taklimat Media terkait Hari Aksara Internasional. Foto Zoom.
Taklimat Media terkait Hari Aksara Internasional. Foto Zoom.

Pandemi Disebut Hambat Upaya Penuntasan Buta Aksara

Arga sumantri • 04 September 2021 20:50
Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan upaya menurunkan angka buta aksara di Indonesia menemui sejumlah hambatan. Salah satunya, tidak efektifnya pembelajaran di masa pandemi covid-19. 
 
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbudristek, Samto mengatakan, pihaknya akan mencoba menekankan program untuk wilayah yang tinggi tingkat kebutaaksaraannya. Semua anggaran difokuskan untuk memberantas buta aksara di lima wilayah terendah. 
 
"Jika di lima wilayah tersebut buta aksaranya rendah maka akan meningkatkan angka melek aksara secara agregat," jelas Samto dalam Taklimat Media, Sabtu, 4 September 2021.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), lima provinsi dengan persentase tingkat angka buta aksara yang tinggi yaitu Papua (22,03 persen), Nusa Tenggara Barat (7,52 persen), Sulawesi Barat (4,46 persen), Nusa Tenggara Timur (4,24 persen). Sedangkan, dari sisi jumlah penduduk yang buta aksara, Jawa Timur menempati urutan teratas.
 
Baca: Hampir 3 Juta Masyarakat Indonesia Masih Buta Aksara, Jatim Tertinggi
 
Samto menjelaskan gerakan literasi digital sudah mulai dikembangkan secara daring di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sejak 2017. Bagi para pengajar kesetaraan dengan koneksi internet yang baik, gerakan literasi digital sudah bisa dilakukan.
 
"Tercatat, lebih dari 270 ribu peserta didik kesetaraan sudah menggunakan sistem daring. Bahkan di masa pandemi, jumlahnya diperkirakan makin meningkat. Inilah terobosan bagi pendidikan kesetaraan," ungkapnya. 
 
Menurut Samto, Kemendikbudristek juga memberi bantuan peralatan digital untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM) setiap tahun. Bantuan ini diharapkan bisa memberikan layanan secara digital. "Sekarang lebih dari 300 PKBM yang memiliki TBM berbasis digital," tambahnya.
 
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD Dikdasmen) Jumeri menambahkan, penggerak pendidikan keaksaraan perlu memandang pandemi covid-19 sebagai momentum yang tepat untuk mengubah paradigma pendidikan dan pembelajaran. Mulai dari menganalisis peran pendidik, kebijakan, sistem, tata kelola, serta tindakan yang efektif yang dapat mendukung aktivitas pendidikan dan pembelajaran. 
 
"Terutama dengan mengintegrasikannya dengan berbagai kemudahan akses informasi berbasis teknologi," ujar Jumeri.
 
Baca: Madura Sumbang Angka Tertinggi Buta Aksara di Jatim, Ini Penyebabnya
 
Kemendikbudristek menyatakan sejauh ini angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, persentase dan jumlah penduduk buta aksara telah mengalami penurunan jika dibandingkan 2019.
 
Persentase buta aksara pada 2019 sebanyak 1,78 persen atau 3.081.136 orang. Sedangkan, pada 2020 turun menjadi 1,71 persen, atau menjadi 2.961.060 orang.
 
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp 50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan