Bahasa Ibrani dalam Taurat. (Wiktor Szymanowicz, Anadolu Agency/Getty Images)
Bahasa Ibrani dalam Taurat. (Wiktor Szymanowicz, Anadolu Agency/Getty Images)

Sekarat Selama 2000 Tahun, Cara Orang Yahudi Hidupkan Kembali Bahasa Ibrani

Riza Aslam Khaeron • 11 Januari 2025 18:11
Jakarta: Bahasa Ibrani adalah salah satu contoh luar biasa bagaimana bahasa yang hampir mati berhasil dihidupkan kembali.
 
Selama sekitar 2000 tahun, Ibrani hanya digunakan untuk keperluan agama dan tulisan, sementara kehidupan sehari-hari umat Yahudi berlangsung dalam bahasa lain seperti Yiddish, Ladino, atau bahasa lokal lainnya.
 
Namun, saat ini, Ibrani menjadi bahasa modern yang hidup, digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia.
 

Ibrani Tidak Pernah Benar-Benar Mati

Bahasa Ibrani mencapai puncak penggunaannya sekitar abad ke-13 hingga abad ke-2 SM, terutama sebagai bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari dan agama Yahudi.

Namun, sejak abad ke-2 SM, bahasa ini mulai kehilangan fungsinya sebagai alat komunikasi sehari-hari.
 
Migrasi besar-besaran dan penganiayaan terhadap komunitas Yahudi, termasuk di bawah Kekaisaran Romawi, memaksa mereka untuk mengadopsi bahasa lokal di wilayah baru mereka.
 
Meskipun demikian, Ibrani tetap hidup dalam konteks agama. Sebagai "Bangsa Kitab," umat Yahudi terus mempelajari dan membaca Taurat dalam bahasa Ibrani, memastikan bahasa ini tidak sepenuhnya hilang.
 
Bahkan di masa-masa sulit, terdapat bukti bahwa bahasa ini digunakan untuk surat menyurat antara pedagang Yahudi dan dalam puisi sekuler yang berkembang di Andalusia, Spanyol, antara abad ke-10 dan ke-14.
 
Keberadaan teks-teks liturgi, puisi, serta penggunaan untuk kebutuhan intelektual memastikan Ibrani tetap dikenal, meskipun tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
 

Kebangkitan Bahasa Ibrani

Pada akhir abad ke-19, kebangkitan bahasa Ibrani dimulai, dipimpin oleh Eliezer Ben-Yehuda, yang dikenal sebagai "Bapak Bahasa Ibrani Modern."
 
Ben-Yehuda, yang lahir di Lithuania pada tahun 1858, percaya bahwa bahasa Ibrani adalah kunci untuk membangun kembali identitas Yahudi.
 
Pada 1881, ia pindah ke Yerusalem dan memutuskan untuk hanya berbicara dalam bahasa Ibrani bersama keluarganya. Langkah ini menandai upaya praktis pertama untuk merevitalisasi Ibrani sebagai bahasa yang hidup.
 
Pada 1913, Ibrani resmi menjadi bahasa pengantar utama di sekolah-sekolah di Yerusalem. Langkah ini merupakan terobosan besar, menciptakan generasi baru yang fasih berbahasa Ibrani dalam kehidupan sehari-hari.
 
Salah satu pencapaian besar Ben-Yehuda datang pada tahun 1922 ketika ia menyelesaikan penerbitan kamus Ibrani modern pertama.
 
Kamus ini mencakup ribuan kata baru, seperti "milon" (kamus), serta istilah-istilah untuk teknologi dan kehidupan sehari-hari yang sebelumnya tidak ada dalam bahasa Ibrani kuno.
 
Kamus ini menjadi landasan penting bagi standar bahasa Ibrani modern. Selain itu, ia juga mendirikan Komite Bahasa Ibrani, yang kemudian menjadi Akademi Bahasa Ibrani, untuk mengembangkan standar bahasa yang koheren.
 
Pada awalnya, banyak yang menolak gagasan ini, menganggap bahwa mengubah bahasa sakral menjadi bahasa sehari-hari adalah tindakan kontroversial. Namun, tekad Ben-Yehuda dan komunitas pendukungnya berhasil mengubah pandangan ini.
 
Kebangkitan bahasa Ibrani tidak lepas dari peran bahasa Yiddish, yang saat itu merupakan bahasa sehari-hari mayoritas Yahudi Eropa.
 
Meski kerap dianggap sebagai "bahasa pengasingan," Yiddish memiliki pengaruh signifikan terhadap pengembangan kosakata dan struktur bahasa Ibrani modern.
 
Banyak pionir revivalisme Ibrani menggunakan Yiddish sebagai bahasa ibu mereka, sehingga elemen-elemen Yiddish secara tidak langsung masuk ke dalam Ibrani yang mereka ciptakan. Hal ini mencerminkan integrasi elemen diaspora ke dalam identitas baru.
 

Peran Israel

Setelah berdirinya negara Israel pada tahun 1948, pemerintah Israel menetapkan Ibrani sebagai bahasa nasional. Kebijakan ini didukung melalui pendidikan, media, dan administrasi publik untuk memastikan keberlanjutannya.
 
Namun, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Banyak kata harus diciptakan dari nol atau diadaptasi dari bahasa lain untuk memenuhi kebutuhan modern. Misalnya, istilah untuk konsep-konsep baru seperti "mobil" atau "komputer" harus diperkenalkan.
 
Penutur dari berbagai latar belakang membawa aksen dan dialek yang beragam, sehingga menyatukan standar bahasa menjadi tugas yang rumit.
 
Kendati demikian, kerja keras komunitas linguistik dan akademik Israel memastikan Ibrani terus berkembang sebagai bahasa modern yang relevan.
 

Dampak Sosial dan Budaya

Revitalisasi bahasa Ibrani bukan hanya soal linguistik, tetapi juga simbol kebangkitan identitas nasional Yahudi.
 
Bahasa ini menjadi alat pemersatu bagi imigran Yahudi dari seluruh dunia, yang membawa berbagai bahasa ibu seperti Yiddish, Ladino, Arab, dan Rusia.
 
Dalam konteks budaya, Ibrani memungkinkan lahirnya karya sastra, musik, dan film modern yang mencerminkan pengalaman kolektif masyarakat Israel.
 
Revitalisasi bahasa Ibrani adalah pencapaian yang luar biasa dalam sejarah linguistik dunia. Dari bahasa yang hampir hanya digunakan dalam konteks religius, Ibrani kini menjadi alat komunikasi modern yang digunakan oleh lebih dari 9 juta orang.
 
Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun sebuah bahasa dapat kehilangan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari, dengan upaya yang konsisten dan dukungan komunitas, kebangkitannya tetap memungkinkan.
 
Proses ini juga menjadi inspirasi bagi bangsa lain yang ingin menghidupkan kembali bahasa mereka yang hampir punah.
 
Baca Juga:
Neturei Karta, Aliran Yahudi Ortodoks yang Anti-Israel
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WAN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan