“Kalau saya pengennya sekolah favorit tetap harus ada. Karena untuk mempertahankan kualitas mereka dan juga disitu ada pure kompetisi dari siswa sendiri,” kata salah seorang orangtua murid yang mendaftar PPDB, Erna saat diwawancarai Medcom.id, di SMP Negeri 115, Jalan KH Abdullah Syafe’i, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Juni 2019.
Diakuinya, sistem zonasi pada dasarnya bertujuan baik. Namun harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Siswa-siswa yang berada di sekitar sekolah terjamin, shingga target pemerintah untuk seorang anak wajib belajar 12 tahun tercapai.
“Siswa yang nilainya pas-pasan atau di bawah standar atau siswa yang kurang mampu tak perlu lagi bersekolah jauh dari tempat tinggal. Karena favorit atau tidaknya sekolah, siswa yang termasuk zona sekolah tersebut akan dijamin diprioritaskan,” ujarnya.
Baca: Pengamat: Pemahaman Masyarakat Tentang Zonasi Minim
Sementara keberadaan sekolah favorit pun berdampak positif. Para siswa semakin terpacu untuk terus berprestasi dan lingkungan suasana belajar mengajar yang mendukung.
Sehingga menurutnya, upaya pemerataan kualitas pendidikan dan kompetisi untuk menjadi sekolah favorit harus tetap berjalan beriringan. Jangan sampai demi alasan pemerataan kualitas, sekolah tidak boleh menjadi tempat menuntut ilmu yang terbaik.
“Kalau zonasi tingkat kepandaian rata-rata akan mengayomi siswa yang di bawahnya. Sehingga tak hanya belajar secara akademik juga nantinya akan belajar bagaimana saling membantu satu sama lainnya,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News