Sepanjang tahun 2025, UAJ telah mengukuhkan enam orang Guru Besar dari berbagai disiplin ilmu sebagai wujud komitmen universitas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan menghadapi dinamika tantangan global yang terus berkembang. Sylvia merupakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya yang telah mengabdi sejak tahun 1995.
Kiprahnya di dunia pendidikan secara konsisten tercermin melalui berbagai riset, publikasi ilmiah, buku, serta forum akademik di tingkat nasional dan internasional. Perjalanan panjang ini akhirnya berhasil mengantar Prof. Sylvia meraih gelar Guru Besar.
Rektor Unika Atma Jaya, Yuda Turana menyampaikan apresiasi dan harapan agar keteladanan Sylvia dapat menginspirasi sivitas akademika Unika Atma Jaya. “Melalui pengukuhan ini, kita mendukung perjalanan Sylvia kedepannya. Semoga dengan gelar baru sebagai Guru Besar, Prof. Sylvia dapat senantiasa memberikan teladan dan semangat bagi kita semua untuk memajukan Unika Atma jaya melalui prestasi akademik di tingkat nasional dan global,“ ungkap Yuda.
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Menjaga Employee Sustainability: Implementasi Sistem Kerja Hibrida dalam Meningkatkan Komitmen Millenial dan Gen Z, Tantangan dan Peluang”, Prof. Sylvia menyoroti perubahan lanskap dunia kerja di era digital, terutama ketika generasi Millenial dan Gen Z kini menjadi mayoritas angkatan kerja.
Ia menjelaskan, sistem kerja hibrida (hybrid work model) merupakan strategi sumber daya manusia berkelanjutan yang berperan dalam meningkatkan kepuasan kerja dan memperkuat komitmen terhadap organisasi. “Sistem kerja hibrida bukan sekadar tren, melainkan strategi berkelanjutan untuk menjaga kesejahteraan, komitmen, dan keberlanjutan karyawan lintas generasi,” ungkap Sylvia.
Hasil penelitian Sylvia menunjukkan kepuasan kerja memiliki peran kuat dalam membentuk komitmen generasi milenial dan Z terhadap terhadap organisasi yang menerapkan sistem kerja hibrida. Lebih jauh, sistem ini terbukti memberikan manfaat sosial dan lingkungan secara berkelanjutan melalui pengurangan tingkat stres, polusi, dan konsumsi energi, serta mendukung penerapan konsep green human resource management (green HRM).
“Dengan demikian, kerja hibrida tidak hanya memperkuat keberlanjutan karyawan melalui kepuasan kerja, tetapi juga mendukung tujuan keberlanjutan organisasi dan lingkungan secara lebih luas,” jelas Sylvia.
Di samping kelebihan tersebut, Sylvia juga menyoroti tantangan dalam sistem kerja ini, seperti ketidakjelasan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, hambatan komunikasi dan kolaborasi antarkaryawan on site dan remote, serta tantangan adaptasi tenaga kerja. Oleh karena itu, diperlukan rancangan kebijakan yang adaptif, kesiapan teknologi, kepemimpinan yang responsif, serta budaya organisasi yang inklusif agar manfaat kerja hibrida dapat dioptimalkan sekaligus meminimalkan risiko yang muncul.
Baca juga: Mengenal Karakter Gen Z di Dunia Kerja, Si Pecinta Work Life Balance |
Capaian akademik Sylvia tidak hanya menjadi seremoni, melainkan juga menunjukkan peran nyata dalam menghasilkan penelitian yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Kontribusi ini diharapkan menjadi satu langkah konkret dalam menyelesaikan tantangan sosial melalui pengembangan sumber daya manusia yang adaptif dan berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id