Ilustrasi: Medcom
Ilustrasi: Medcom

Puluhan Pemimpin Perusahaan Ogah Mempekerjakan Orang yang Tak Kuasai AI

Citra Larasati • 11 Januari 2025 18:59
Jakarta:  Terdapat 92 persen knowledge worker atau profesional yang bekerja dengan memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemikiran kritis yang menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Indonesia yang sudah menggunakan generative AI di tempat kerjanya. Bahkan ada 69 pemimpin perusahaan yang menyatakan tidak akan mempekerjakan seseorang yang tidak terampil dalam AI.
 
Oleh karena itu, diperlukan SDM yang memiliki penguasaan keterampilan AI.  “Kita juga mencatat ada 69 pemimpin perusahaan yang menyatakan tidak akan mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki keterampilan AI. Ini menjadi tantangan yang cukup serius, untuk mempersiapkan SDM digital talent di Indonesia yang cukup cakap,” kata Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia, Nezar Patria, dalam Seminar Nasional bertajuk “AI untuk Indonesia", dikutip dari laman UGM, Sabtu, 11 Januari 2025.
 
Nezar mengatakan, teknologi kecerdasan buatan memberikan sejumlah peluang kerja sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi bersama. Pasalnya, ekonomi digital yang memanfaatkan bantuan internet dan kecerdasan buatan yang saat ini tengah tumbuh diperkirakan akan memberikan dampak ekonomi hingga 366 miliar dollar amerika serikat di tahun 2030.

Di dunia kerja, kata Nezar, cukup signifikan dampak yang diberikan dari pemanfaatan AI ini.
“Pertumbuhan yang muncul di sektor industri yang mengadopsi AI ini terutama di bidang game, pendidikan dan industri pemasaran,” kata Nezar.
 
Direktur Senior Arsitektur Solusi dan Teknik Nvidia, Simon See mengatakan, terdapat teknologi untuk mengangkat barang yang dioperasikan oleh manusia di berbagai perusahaan besar seperti di Inggris, namun dengan adanya AI sekarang ini teknologi tersebut sudah tergantikan oleh robot. “Saya kira tidak hanya di UK, tetapi juga di negara-negara lainnya,” katanya.
 
Kepala Biro Transformasi Digital (BTD) UGM, Mardhani Riasetiawan mengatakan, perkembangan teknologi AI memberikan kesempatan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan SDM yang memiliki keterampilan dalam penguasaan AI dan IoT. “Kita mendorong literasi agar AI ini bisa diterima lebih positif,” ujarnya.
 
Baca juga:  Bergantung pada AI, Soft Skills Tak Akan Terbentuk

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Wening Udasmoro mengatakan, UGM mendorong para pemangku kebijakan dan praktisi AI di Tanah Air untuk mendiskusikan langkah strategis pengembangan AI di Indonesia dan bertukar gagasan melalui seminar yang diselenggarakan kali ini. Sebagai perguruan tinggi nasional, katanya, Universitas Gadjah Mada juga ikut berkontribusi dalam pengembangan talenta AI, kolaborasi multi-stakeholder, serta implementasi AI dalam kebijakan berbasis data.
 
“AI sendiri telah membawa adanya revolusi pada kehidupan, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga kebijakan publik. AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan efisiensi, inovasi, dan kualitas pengambilan keputusan di berbagai sektor,” katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan