Pada 2017 lalu, Zamzam menjadi mahasiswa kedokteran di usia yang masih sangat belia, yaitu 15 tahun. Zamzam mengatakan, ia sangat bahagia dan bersyukur lantaran bisa menjadi mahasiswa di salah satu kampus terbaik dunia.
“Rasanya enggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Alhamdulillah, sangat bersyukur, akhirnya perjuangan yang penuh peluh keringat bisa berbuah indah,” kata Zamzam dilansir dari laman Unair, Rabu, 12 Juli 2023.
Bidang Ilmu Kardiovaskular
Zamzam mengakui, memutuskan untuk belajar di luar negeri bukanlah perkara mudah. Ia perlu mempertimbangkan secara matang bidang apa yang akan diambilnya. Setelah melalui pertimbangan panjang, akhirnya Zamzam memutuskan untuk mengambil bidang Cardiovascular Healthcare.Zamzam mengisahkan, sejak duduk di bangku kuliah telah menaruh ketertarikan pada ilmu kardiovaskular. Selain itu, ia juga melihat bahwa ilmu tentang jantung ini sebagai salah satu ilmu yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
“Sejak pertama kali bertemu dengan ilmu kardiovaskular waktu kuliah, aku langsung jatuh hati. Karena di dalam ilmu kardiologi ini everything can be explained. Jadi, aku suka dengan cara berpikirnya yang analitik. Selain itu, ilmu ini sangatlah relevan bagi kehidupan manusia. Orang yang jantungnya sehat insyaallah seluruh tubuhnya juga sehat,” terangnya.
Keinginan untuk berkontribusi pada bangsa dan negara semakin memantapkan keputusannya untuk menempuh studi lanjut. Zamzam bercerita, keinginan itu muncul berawal dari pengalamannya ketika terjun langsung di masyarakat, di mana ia menemui sejumlah hambatan khususnya dalam penanganan penyakit kardiovaskular.
“Saat aku jaga di puskesmas, aku bertemu dengan pasien kegawatdaruratan jantung. Karena keterbatasan, pasien enggak diberikan treatment sesuai standar, kondisi memburuk, sehingga dirujuk dalam kondisi tidak stabil. Di situ aku menyadari bahwa ada gap antara tatalaksana sesuai panduan dengan realita, mulai dari segi obat-obatan, peralatan, SDM, dan sistem rujukan,” terang awardee beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) itu.
Berangkat dari hal itu, Zamzam menyadari perlu adanya terobosan baru dalam sistem penanganan penyakit jantung di Indonesia. Karena itu, ia menjadikan Eropa sebagai tempatnya belajar, sebab di sana merupakan tempatnya para ahli pembuat panduan penanganan penyakit jantung.
Ia bercita-cita agar Indonesia memiliki panduan dalam menangani penyakit jantung, terutama di fasilitas kesehatan primer yang serba terbatas seperti puskesmas. Zamzam pun memilih Eropa karena di benua ini tempatnya para ahli pembuat panduan penanganan jantung.
"Sehingga nanti aku bisa mendapat banyak ilmu untuk diaplikasikan di sini,” imbuhnya.
Zamzam menyampaikan, di masa mendatang ia ingin berkontribusi pada Indonesia. Terutama saat usai menuntaskan studinya nanti, besar harapannya untuk dapat kembali ke Indonesia dan menjalin kolaborasi dengan berbagai stakeholders dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah pada dunia kardiovaskular di Indonesia.
“Aku yakin masalah yang kompleks ini enggak akan bisa diatasi oleh segelintir orang. Sehingga, besar harapanku untuk bisa membangun kolaborasi bersama orang-orang dengan visi misi yang sama, termasuk para pemangku kebijakan. Semoga aku sendiri juga bisa belajar lebih, meningkatkan kapasitas diri, dan bisa mengaplikasikan ilmu ini untuk Indonesia,” teranga.
Semoga apa yang dilakukan Zamzam dapat menginspirasi Sobat Medcom untuk ikut berkontribusi bagi bangsa dan negara di bidangnya masing-masing. Atau siapa tahu ada yang mau menjadi dokter juga seperti Zamzam?
Baca juga: Kenalan dengan Nia Asmady, Sosok di Balik Suksesnya Peluncuran SATRIA-1 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News