Areta Adzroo Imtitaznabilla, Lulusan termuda fakultas Kedokteran UGM. Foto: UGM
Areta Adzroo Imtitaznabilla, Lulusan termuda fakultas Kedokteran UGM. Foto: UGM

Usia 20 Tahun Jadi Sarjana Kedokteran UGM, Ini Cerita Areta

Citra Larasati • 30 Mei 2024 15:24
Jakarta:  Areta Adzroo Imtitaznabilla, mahasiswa Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) (FK-KMK) menjadi lulusan termuda dalam Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan Periode III Tahun Akademik 2023/2024. Areta lulus di usia 20 tahun 1 bulan dan 13 hari.
 
Usia ini lebih mudah dibandingkan dengan rata-rata usia lulusan Program Sarjana adalah 22 tahun 6 bulan 15 hari.  Areta mengatakan, sejak di bangku SMP dan SMA dirinya mengikuti kelas akselerasi sehingga membuatnya lulus lebih cepat dibanding teman-teman sekelasnya. “Saya ikut kelas akselerasi,” kata Areta dikutip laman UGM, Kamis 30 Mei 2024.
 
Tidak hanya lulus lebih awal dengan usia yang lebih muda, Areta juga termasuk berprestasi di bidang akademik sehingga ia bisa kuliah di prodi Kedokteran. Ketertarikannya pada dunia kedokteran terinspirasi dari ibunda tercinta yang bekerja sebagai tenaga kesehatan perawat di RSUD Sidoarjo.

Role model dari sang ibunda membuatnya bercita-cita menjadi dokter sejak kecil, dan memutuskan untuk memilih FK-KMK UGM.  Areta mengaku harus beradaptasi karena merasakan kompetisi dengan teman seangkatannya di awal-awal kuliah.
 
Selain selalu rajin kuliah, namun ia tetap menyisihkan waktu untuk aktif di kegiatan organisasi dan kepanitiaan di kampus. “Pada tahun pertama kuliah, saya mengikuti organisasi CIMSA (Center for Indonesian Medical Students Activities). Berlanjut di tahun kedua ia banyak bergabung di TBMM (Tim Bantuan Medis Mahasiswa), serta organisasi mahasiswa tingkat fakultas,” sebut Areta.
 
Meski sibuk berorganisasi, Areta mengaku hal itu tidak mengganggu kuliahnya yang disibukkan dengan kegiatan kuliah, ujian dan praktikum. “Kuncinya konsisten dan harus tanggung jawab sama apa yang sudah dipilih. Saya dulu awal memasuki kedokteran juga sempat merasa stres karena materi, ujian, dan praktikum yang banyak. Namun, capek bukan berarti kita harus menyerah kan,” imbuhnya.
 
Soal tugas akhir yang disusunnya, Areta menyusun skripsinya berjudul “Pengaruh Vitamin D Terhadap Ekspresi mRNA p16 dan SOD-1 Pada Hippocampus Tikus Model Diabetes Mellitus” di bawah beberapa dosen pembimbing dan penguji, antara lain Prof. Dr. dr. Dwi Cahyani Ratna Sari, dr. Ratih Yuniartha, Ph.D, dan dr. Nur Arfian, Ph.D.
 
Pengalaman menyusun tugas akhir skripsi diakuinya cukup menantang. Ia sengaja memilih topik eksperimental yang sekaligus merupakan payung penelitian di Departemen Anatomi FK-KMK UGM.
 
Motivasi diri sendiri dan istirahat cukup bisa menjadi pendukung utama dalam menyelesaikan skripsi, namun dukungan kerabat dan lingkungan sekitar juga menjadi poin penentu. “Saya merasa sangat terbantu dengan berbagai fasilitas dan support pembelajaran yang diberikan FK-KMK UGM,” katanya.
 
Setelah selesai ujian skripsi, menjelang semester terakhir masa kuliahnya, Areta bisa mendaftar yudisium gelombang pertama pada  31 Januari 2024. Areta mengaku tidak mudah untuk mengejar kelulusan di prodi yang dipilihnya, mengingat banyaknya materi dan praktikum yang harus dipelajari untuk bisa menjadi lulusan dokter.
 
Tapi berkat usaha dan ketekunannya, ia bangga bisa menjadi lulusan termuda periode ini. “Saya senang bisa mendapat predikat sebagai lulusan termuda,” ungkapnya.
 
Baca juga:  Cerita Aliman, Sarjana Pertama di Keluarga yang Jadi Wisudawan Terbaik FEB UGM
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan