Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Jalan Panjang Menumbuhkan Kebinekaan di Siwalima

Citra Larasati • 09 Agustus 2021 20:56
Jakarta:  Tangis Filza Paranza tiba-tiba meledak di sudut asrama Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Siwalima, kota Ambon 2011 lalu. Sementara di ujung telepon, masih terdengar suara kecemasan orang tua Filza.
 
Hari itu, 11 September 2011 konflik sosial kembali pecah di ibukota provinsi Maluku ini. Suasana genting. Mencekam.  Guru di sekolah pun kewalahan menerima telepon orang tua siswa.
 
“Kami memberi jaminan kepada orang tua, di sini (asrama sekolah) lebih aman,” kata guru pengampu mata pelajaran Sejarah SMAN Siwalima, Zeth Pieter Sinay kepada Medcom.id, Senin, 9 Agustus 2021.

Orang tua Filza ingin menjemputnya pulang.  Namun Filza menolak, ia berkukuh ingin tetap di asrama bersama guru dan teman-temannya.
 
“Kami sudah membujuknya, agar mengikuti ajakan orang tua untuk pulang,”:tutur Zeth..
Zeth terus bertanya, kenapa Filza tidak mau pulang, di sana mungkin orang tua khawatir.  “Kemudian kami mendapatkan jawaban yang luar biasa dari Filza ‘Saya pulang mungkin bisa merasa tenang di rumah, tapi bagaimana dengan teman-teman saya di sini (di asrama),’” tutur Pieter menirukan kalimat Filza kala itu.
 
Rasa solidaritas yang diungkapkan Filza sontak membuat Zeth terharu.  Sebuah pemandangan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, terlebih jika melihat sejarah konflik sosial di kota tersebut.
 
Baca juga:  Sejak Dini Semai Kebinekaan, Tuai Pelajar Pancasila Kemudian
 
Dalam sejarahnya, sekolah yang terletak di Waiheru, kota Ambon ini didirikan tak semata untuk menampung siswa. Di pundak Siwalima juga memikul misi besar sebagai wadah rekonsiliasi pascakonflik Ambon yang berlangsung sejak 1999-2004 ini.
 
Sekolah berasrama tak hanya merekrut siswa berprestasi, namun juga memperhatikan keberagaman suku dan agama siswa yang berasal dari 11 kota/kabupaten di Maluku.
“Siswa kami tidak boleh homogen,” terangnya.
 
 

 
Awalnya diakui Zeth, Siwalima sulit mendapatkan peserta didik. Segregasi terlanjur terjadi di tengah masyarakat, begitupun yang terjadi di sekolah-sekolah.
 
“Wilayah sini Islam, sana Kristen. Sekolah ini Islam, sekolah sana Kristen, kala itu masih sulit membaurkan masyarakat,” ujar alumnus Universitas Pattimura ini. 
 
Namun Siwalima tak menyerah, pembelajaran jalan terus dengan meletakkan nilai-nilai kebinekaan sebagai fondasinya.  Sekolah memulainya dengan program pembauran antara siswa muslim dan nasrani di dalam asrama.  
 
“Jadi di asrama, kami desain agar satu kamar dihuni oleh peserta didik yang berbeda agama dan daerah,” terang Zeth.
 
Ia menjelaskan, upaya membuat peserta didik agar heterogen masih berliku di tahun-tahun pertama.  Rasa saling percaya antarsiswa pun belum tumbuh.
 
“Waktu itu masih terlihat homogen sampai 2007, mereka masih saling curiga, saling ‘intip’ mereka benar baik enggak sih’” ujar Zeth.
 
Siwalima juga membuat program yang membiasakan murid untuk hidup berdampingan dalam perbedaan. Salah satunya adalah membuat jadwal-jadwal ibadah keagamaan dan bimbingan spiritual.
 
“Salah satunya di setiap Kamis malam, peserta didik muslim berkumpul di masjid untuk selawatan dan melakukan ibadah keagamaan. Sedangkan siswa nasrani kegiatan puji-pujian. Mungkin orang lain melihat ini biasa saja, tapi bagi kami ini memiliki dampak yang luar biasa,” terang alumnus Pendidikan Luar Sekolah Universitas Pattimura ini.
 
Kesadaran hidup berbineka perlahan terus tumbuh hingga kini.  Bahkan nilai-nilai kebinekaan itu pun terus terwariskan dari satu angkatan ke angkatan lainnya.
 
Suasana di Siwalima kini tentu sudah terbebas dari salah satu dari tiga dosa besar di dunia pendidikan yang sering disampaikan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, yakni intoleransi. Sebab menurut Nadiem, pendidikan hanya dapat bertumbuh di tengah lingkungan belajar yang kondusif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan