Robinson Sinurat. DOK IG @robinsonsinurat
Robinson Sinurat. DOK IG @robinsonsinurat

Profil Robinson Sinurat, Anak Petani Tembus Kuliah Gratis di Universitas Top AS

Renatha Swasty • 29 Oktober 2025 19:40
Jakarta: Keterbatasan kerap membuat seseorang takut bermimpi bahkan mewujudkannya. Namun, hal itu tak pernah sekalipun terlintas di benak Robinson Sinurat. 
 
Anak petani kopi dan sayur itu membuktikan tekad, kerja keras dan ketekunan bisa membawanya meraih mimpi-mimpi besar. Bahkan, menempuh pendidikan gratis hingga ke Amerika Serikat. 
 
Obin, sapaan karib Robinson Sinurat, sudah biasa merelakan tak masuk sekolah bagus demi adik-adiknya. Meski begitu, anak kelima dari tujuh bersaudara ini tak surut menuntaskan pendidikan. 

“Ketika di giliran aku mau masuk ke sekolah, contohnya mau masuk SMP, mau masuk SMA, selalu terkendala dengan keuangan. Jadi mereka selalu bilang coba ke negeri dulu aja, kalau masuk negeri keuangan kita bisa mencukupi,” ujar pria kelahiran Tanjung Beringin, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, 25 Juli 1990 itu dikutip dari laman voaindonesia.com, Rabu, 29 Oktober 2025. 
 
Mimpi menempuh pendidikan di sekolah swasta mesti dia relakan sehingga sejak SD hingga SMA selalu bersekolah di sekolah negeri. Dia juga mesti jauh dari orang tua dan tinggal di Medan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. 
 
Selepas SMA, kondisi keuangan orang tuanya makin buruk. Tapi, tekad Robinson melanjutkan pendidikan tinggi tak goyah. Namun, orang tuanya berpesan agar dia kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN). 
 
“Kalau kamu enggak masuk negeri kuliahnya, kita enggak sanggup biayain. Jadi kamu harus masuk negeri. Kalau enggak ya belajar lagi setahun lagi,” kenang Obin. 
 
Ia lantas mengikuti ujian SMBPTN dan mendaftar ke Universitas Padjadjaran, Bandung dan Universitas Sriwijaya, Palembang. Akhirnya, ia diterima di Universitas Sriwijaya jurusan Fisika. Sebetulnya, jurusan itu bukan yang ia inginkan. Namun, dia tetap mengambilnya.
 
Saat sudah kuliah, lagi-lagi Obin dihadapkan pada tantangan di mana orang tuanya tidak ada biaya dan menganjurkannya untuk mencoba lagi tahun depan. Mengingat banyak anak-anak Indonesia bercita-cita masuk ke perguruan tinggi negeri tetapi tidak lolos, Obin menganggap ini merupakan kesempatan berharga baginya. 
 
Ia memutuskan meminjam uang Rp3 juta ke teman dekatnya untuk membayar uang pendaftaran sekitar Rp2,4 juta rupiah dan tiket naik bus dari Bandung ke Palembang.

Tempaan berkali-kali di bangku kuliah


Profil Robinson Sinurat, Anak Petani Tembus Kuliah Gratis di Universitas Top AS
Robinson Sinurat saat kecil. DOK IG @robinsonsinurat
 
Selama menjalani kuliah, ia juga harus memikirkan cara membayar uang kos dengan sisa uangnya yang tinggal sekitar Rp250 ribu. Tak disangka, ketika menemani temannya mencari rumah kos, ia lalu ditawari tinggal bersama salah seorang penjaga kos di salah satu tempat yang mereka datangi.
 
Satu masalah selesai, ia pun harus memikirkan uang untuk membayar buku praktikum dan biaya hidup, khususnya untuk makan. Untuk menyiasati hal ini, Obin membuat strategi hanya makan satu kali sehari di kantin kampus di waktu sore hari, agar bisa mengganjal rasa lapar hingga keesokan harinya. Untuk sepiring nasi dengan lauknya, Obin harus membayar sekitar Rp6-7 ribu.
 
“Jadi dulu itu strateginya adalah aku beli nasi banyak, sepiring gede terus pakai sayur, pakai ikan atau daging apa gitu bayarnya kan cuman itu doang,” beber dia. 
 
Agar bisa meneruskan kuliah, Obin lalu dianjurkan oleh dosen pembimbing dan dekan untuk mendaftar beasiswa dari PPA (Peningkatan Prestasi Akdemik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Nilainya yang selalu bagus sejak SMA serta doa orang tua membuahkan beasiswa di semester dua hingga lulus. 
 
Sementara itu, untuk bertahan hidup, ia mencari peruntungan kerja dengan mengajar fisika di sekolah bimbingan belajar di pusat kota Palembang, yang berjarak sekitar satu jam dari kampusnya. Pernah satu kali ia mengirimkan batik untuk orang tuanya dari hasil kerjanya.
 
Minat Obin di bidang sosial tumbuh saat tinggal di Palembang. Obin yang supel dikenal sangat aktif berorganisasi tergabung di Youth Interfaith Community, American Association of Petroleum Geologist, menjadi ketua perkumpulan warga Batak, dan mendirikan organisasi kampus, Himpunan Mahasiswa Geofisika.
 
Setelah lulus, ia pindah ke Jakarta untuk menerima tawaran kerja sebagai koordinator program di bidang kepemudaan di Global Peace Foundation. Dia juga pernah bekerja di kementerian PU (Pekerjaan Umum) sebagai seorang konsultan. Dia juga kerap mengikuti konferensi-konferensi baik di tingkat nasional maupun internasional yang membawanya hingga ke Malaysia.

Kejar mimpi kuliah di Amerika

Semakin banyak pengalaman, cita-cita Obin makin tinggi. Dia ingin menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Setelah empat kali mencoba mendaftar beasiswa untuk program Young Southeast Asian Leaders Initiative dari pemerintah Amerika Serikat, ia berhasil memperolehnya. 
 
Selama lima minggu, Obin digodok di University of Nebraska di kota Omaha untuk belajar mengenai pengembangan keterlibatan warga (Civic Engagement) dan kepemimpinan. Tahun 2015 Obin kemudian terpilih mengikuti program dari Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI) untuk pergi ke Ende, Nusa Tenggara Timur. 
 
Dari 45 ribu orang yang mendaftar hanya 33 yang terpilih, termasuk dirinya. Kunjungannya ke Ende kemudian mendatangkan gagasan untuk membuat perpustakaan untuk anak-anak SD, SMP, dan SMA di Ende.
 
Sesuai dengan rencananya, tak lama kemudian Obin memutuskan untuk mendaftar beasiswa untuk studi S2. Melalui beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Pendidikan), Obin berhasil diterima di berbagai universitas di Amerika Serikat, Australia, Belanda dan Inggris.
 
Setelah berbagai pertimbangan, Obin memutuskan memilih Columbia University, universitas prestisius atau Ivy League di New York dengan Jurusan Social Work (pekerjaan sosial). 
 
Seperti saat kuliah di Universitas Sriwijiaya, Obin kembali aktif di kampus. Ia menjadi salah satu tim pemasaran untuk PERMIAS (Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) dan mendirikan International Student Caucus di kampus bersama teman-temannya.
 
Pada tahun 2018, ia menyusun proyek tugas akhirnya dalam bentuk rencana pendirian Yayasan Mimpi Besar Indonesia (YMBI). Setelah kembali ke Tanah Air, rencana itu direalisasikan. YMBI menjadi wadah untuk mendorong kepemimpinan inklusif di kalangan pemuda, membangun toleransi lintas iman, dan merayakan keberagaman di Indonesia.
 
Profil Robinson Sinurat, Anak Petani Tembus Kuliah Gratis di Universitas Top AS
Robinson Sinurat di Dusun Wolobetho, 2015. DOK: Istimewa
 

Berkontribusi di bidang kemanusiaan

Komitmen Robinson Sinurat terhadap isu-isu kemanusiaan teruji sejak masa kuliahnya, ketika ia aktif membagikan ilmu sebagai pengajar les meski hanya bisa makan sekali sehari. Selepas lulus dari Columbia University, komitmen tersebut kian nyata melalui keterlibatannya dalam berbagai inisiatif sosial, pendidikan, dan perdamaian lintas iman.
 
Salah satu kontribusi awal yang membekas adalah partisipasinya dalam program #MenyapaNegeriku dari Kementerian Ristekdikti tahun 2015. Robinson ditugaskan ke Dusun Wolobetho, Kabupaten Ende, NTT, daerah terpencil tanpa listrik dan sinyal.
 
Di sana, ia menginspirasi ratusan siswa dan warga dengan cerita perjuangannya menembus Columbia University, serta memulai program “Buku Untukmu #Ende”, penggalangan buku dari seluruh Indonesia untuk mendirikan perpustakaan desa.
 
Perpustakaan itu resmi berdiri pada Juni 2016 setelah mengumpulkan lebih dari 1.000 buku dan dukungan dana dari para donatur Aksi Nyataku Untuk Indonesia. 
 
Semangat yang sama ia bawa ke skala nasional setelah mendirikan Yayasan Mimpi Besar Indonesia (YMBI) pada tahun 2018. Yayasan ini lahir dari proyek tugas akhirnya di Columbia dan berfokus pada kepemimpinan inklusif, toleransi antaragama, serta pemberdayaan pemuda. 
 
Obin tidak hanya menunjukkan dedikasi sebagai pemimpin muda, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial yang memadukan empati lokal dengan perspektif global. Ia menjadikan pengalaman hidupnya sebagai anak petani dari Dairi sebagai landasan moral untuk terus melayani masyarakat.

Jong Indonesia Festival

Hadir dan saksikan Jong Indonesia Festival yang digelar di Gedung Pusat Perfilman H Umar Ismail pada 30 Oktober 2025. Seluruh kegiatan dapat disaksikan langsung via YouTube Metro TV. 
 
Kegiatan ini akan menghadirkan pemuda-pemudi dengan beragam latar belakang. Peter Shearer, Inayah Wulandari Wahid, dan GPH Bhre Sudjiwo sebagai tokoh pemuda pewaris keluarga sukses akan hadir sebagai narasumber.
 
Kemudian, Muhammad Sadad, Andanu Prasetyo, dan Merry Riana sebagai tokoh muda yang berhasil merintis dan membangun karier dan bisnis di berbagai bidang. Selanjutnya, Robinson Sinurat, Carina Joe, Arvy Egadipoera dengan latar tokoh muda di bidang pengetahuan yang turut serta membangun bangsa.
 
Begitu juga, Sudaryono, Maman Abdurrahman, dan Mochamad Nur Arifin, tokoh muda yang membangun karier politik dan kini dipercaya menjadi pemimpin Indonesia. Kegiatan ini juga disemarakkan penampilan musik dari Dere dan stand-up comedy dari Gianluigi Christoikov.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan