Yudi mengaku bersyukur dapat menyelesaikan pendidikan S3 dengan prestasi akademik yang memuaskan. Bahkan ia tidak henti-hentinya bersyukur dan menyampaikan perasaan bahagianya.
“Perasaan saya terharu, bahagia dan diiringi rasa syukur atas kemurahan-Nya saya dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya,” ujar Yudi dikutip dari laman UGM, Selasa, 4 Februari 2025.
Pria yang juga dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan, Universitas Bangka Belitung ini pun turut membagikan perjuangannya sehingga bisa berkuliah di prodinya saat ini. Menempuh kuliah di SPs UGM, Yudi pun mendapatkan beasiswa pendidikan institusi dari Universitas Bangka Belitung untuk tahun kedua sampai selesai.
Beasiswa pun, kata Yudi, ia raiih dengan penuh liku. Ia menuturkan, pada 2021 ia sempat ditolak saat melamar Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) pada 2021. Alasannya adalah karena terbentur usia, di mana BPI mensyarat usia pelamar yang tak boleh lebih dari 40 tahun.
Karena Yudi sudah berusia 41 tahun, ia pun gagal meraih beasiswa. Namun kegagalan itu tidak menyurutkan semangatnya.
Berangkat dari kegagalannya tersebut, Yudi justru menjadi inisiator untuk mengajak teman teman yang bernasib sama dengannya di program doktoral untuk membentuk grup Whatsapp,
“Ikatan Studi Doktoral UGM”. Grup tersebut pun berhasil memperjuangkan nasibnya dan kawan-kawannya yang tak mendapatkan beasiswa. Bermacam usaha ia upayakan, termasuk membuat surat permohonan dukungan ke Rektor UGM untuk memperjuangkan nasibnya ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Sayangnya, hal tersebut tidak membuahkan tanggapan,” tuturnya.
Kemudian, dengan didasari oleh persamaan nasib kolektif, masalah tersebut pun menjadi masalah nasional. Banyak teman-teman studi doktoral dari kampus lain yang turut mengalami hal yang serupa, hal tersebut lah yang kemudian menjadi dasar dari perjuangan bersama teman-teman yang tengah menempuh studi doktoral di seluruh Indonesia.
“Perjuangan dilalui dengan mengadakan audiensi dengan Komisi X, Bidang Pendidikan pada saat itu dan difasilitasi oleh Fraksi PKS di DPR. Singkat cerita, hasil pertemuan tersebut membuahkan hasil bahwa syarat BPI, terutama syarat usia maksimal bertambah menjadi 48 tahun,” ujarnya.
Yudi pun menambahkan bahwa selain dari syarat usia pelamar yang naik dari 40 tahun menjadi 48 tahun, persyaratan BPI pada tahun 2022 menyatakan bahwa beasiswa yang masih menjalankan perkuliahan dilaksanakan pada semester genap 2021/2022. Sehingga mahasiswa yang sudah menjalankan perkuliahan di semester ganjil 2021 tidak dapat mendaftar BPI 2022, sehingga Yudi sekali lagi gagal untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Baca juga: IPK Sempurna dan Lulus Dalam Waktu 1 Tahun 2 Bulan di S2 UGM, Ini Resep dari Qowi |
Namun, menurutnya hal tersebut justru memberikannya hikmah bahwa tidak semua perjuangan itu dapat langsung dinikmati oleh diri sendiri, namun yang terpenting perjuangan tersebut dapat dinikmati oleh orang lain. Kemudian, di tahun keduanya, pada semester ganjil dengan kebijakan Rektor Universitas Bangka Belitung di tahun 2022 memberikan bantuan tugas sampai dengan selesai, dapat meringankan biaya SPP-nya.
Yudi menitipkan pesan kepada teman-teman yang juga sedang menempuh studi di UGM, untuk terus semangat dan jangan berputus asa. “Di setiap kesulitan akan ada kemudahan, dan jangan lupa untuk terus berprasangka baik kepada Tuhan dan mendoakan siapapun,” pesannya.
Selain memberikan pesan kepada teman-teman lain di UGM, Yudi pun mengharapkan bahwa UGM dapat terus menjadi kampus rakyat pelopor dalam pendidikan yang berbasis keilmuan dan pengabdian, serta mempertahankan tradisi akademik yang unggul dan memperkuat jaringan global. “Selama berkuliah di UGM, kita dilatih untuk berpikir kritis, berinovasi, dan berintegritas. Nilai-nilai tersebut menjadi modal untuk mengabdi kepada masyarakat bangsa dan negara,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News