Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Universitas Padjajaran (Unpad) di Jerman, Yudha Prawira Budiman.
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Universitas Padjajaran (Unpad) di Jerman, Yudha Prawira Budiman.

Cerita Dosen Unpad Selama Lockdown di Würzburg Jerman

Muhammad Syahrul Ramadhan • 19 April 2020 10:10
Jakarta: Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA) Universitas Padjajaran (Unpad), Yudha Prawira Budiman kini tengah melanjutkan studi di University of Würzburg, Jerman.  Yudha menceritakan pengalamannya selama masa lockdown tiga pekan di negara perantauan tersebut.
 
Yudha menuturkan, Jerman memang salah satu negara yang menerapkan lockdown selama masa pandemi virus korona (covid-19) ini.  Namun berbeda dengan apa yang dibayangkan tentang lockdown pada umumnya, Jerman tidak melarang warganya untuk keluar rumah, melainkan menerapkan kebijakan Jaga Jarak fisik dengan ketat.
 
Diakuinya, Jerman terbilang sangat tegas dalam mengawasi pelaksanaan aturan jaga jarak tersebut, utamanya di ruang publik. Polisi selalu berjaga, bahkan tak segan-segan langsung memberi denda kepada pelanggar.

"Umumnya menjaga jarak fisiknya minimal 1,5 meter antarorang dan mau tidak mau polisi berkeliaran menindak tegas yang melanggar social distancing ini," tuturnya dalam Webinar 'Dongeng Covid 19 dari Perantauan, Melihat Pandemi dari Kaca Mata Global', Jakarta, Jumat, 17 April 2020.
 
Baca juga:  Kampus Diminta Manfaatkan YouTube untuk Hemat Kuota
 
Dendanya pun tidak tanggung-tanggung, sekitar 120 Euro atau setara dengan Rp2 juta untuk satu kali pelanggaran. Ia pun menyampaikan, denda bahkan bisa lebih dari itu, mencapai 500 Euro.
 
"Karena social distancing-nya kurang dari 1,5 meter dan bukan dari satu atap, partner, terkena charge 500 Euro.  Lalu kalau mengadakan party, nikahan atau sejenisnya, itu kena denda 2.500 Euro," jelas mahasiswa di Institute of Inorganic Chemistry and Institute for  Sustainable Chemistry and Catalysis with Boron, University of Würzburg, Jerman ini.
 
Alhasil, kata dia, warga secara otomatis patuh karena takut terkena denda.  Yudha mengatakan, orang Jerman memang lebih tertib untuk mematuhi kebijakan lockdwon ini.
 
"Semua pada prinsipnya mengikuti apa yang diinstruksikan oleh pemerintah," ujarnya.
 
Bahkan berdasarkan survei dari salah satu stasiun televisi Jerman, masyarakat Jerman justru menginginkan agar aturan lockdown ini tetap diberlakukan secara ketat, meski kasus positif covid-19 berangsur turun.
 
"Banyak dari masyarakat mayoritas memilih tidak dipermudah lockdown-nya, jadi minta tetap diperketat. Masyarakatnya sendiri cenderung ingin tetap diteruskan sampai benar-benar tuntas," jelasnya.
 
Ia pun menceritakan pengalamannya di hari pertama lockdwon diberlakukan. Masyarakat sempat kesulitan untuk mencari sembako, karena warga mengalami panic buying, memborong semua kebutuhan secara berlebihan.
 
Baca juga:  Mahasiswa UI, Jadi Relawan Covid-19 Sambil Kuliah Daring
 
Alhasil ia pun kena getahnya, Yudha terpaksa mencari sembako hingga memutari sejumlah toko hingga akhirnya menemukan di salah satu toko Arab.
 
"Hari pertama di supermarket banyak orang yang panik berbelanja kebutuhan pokok, takut kehabisan. Saya pun mengalami hal yang sama, cari beras saja enggak ketemu, akhirnya saya pergi ke toko Arab, baru ketemu," terangnya.
 
Untuk perguruan tinggi, Yudha menceritakan, bahwa seluruh kampus sudah ditutup. Sama dengan di Indonesia, untuk sementara perkuliahan dilakukan secara daring.
 
Sementara untuk penanganan korona Virus ini, ia mengatakan, Jerman mampu melakukan rapid test kepada 500 ribu orang setiap harinya. Tercatat hingga saat ini, pemerintah sudah melakukan rapid test kepada 1.728.357 orang.
 
"Tesnya cukup masif, dan RKI The Robert Koch Institute mengklaim Jerman bisa melakukan tes sampai 500 ribu tes per hari, ini fakta unik di Jerman," ujarnya.
 
Kekinian, kasus orang yang aktif covid-19 di Jerman terus menurun. "Dalam empat hari terakhir jumlah penurunan aktif mencapai 2.000 orang di Jerman ini," terangnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan