Meski begitu, keterbatasan tak pernah menghalangi Amrozy dalam melangkah maju. Bahkan, pria 22 tahun ini mampu mencatatkan sederet prestasi di bidang akademis maupun nonakademis.
Dikutip dari laman Kemenag, Amrozy menuturkan ceritanya saat berproses daalam seleksi calon Imam Masjid UEA. Ia bersyukur mampu tampil tenang, sehingga lancar menjawab pertanyaan yang diajukan tiga penguji dari UEA di tahap akhir seleksi
“Sangat bersyukur bisa tenang dan tidak grogi saat test wawancara di depan tiga Syekh dari UEA,” ungkapnya.
Mental untuk tampil dalam kompetisi semaca ini, diakui Amrozy memang sudah cukup terlatih. Maklum saja, Amrozy sudah aktif mengikuti berbagai macam perlombaan, salah satunya Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). “Mungkin karena saya sudah terbiasa tampil di depan umum ketika jadi peserta MTQ, sehingga bisa kuat mental,” imbuhnya.
Prestasi non-Akademis
- Juara II Cabang Musabaqah Hifzil Qur’an (MHQ) 30 Juz
- MTQ tingkat provinsi DKI Jakarta 2017
- Juara I Cabang MHQ 30 Juz dan Tafsir Bahasa Arab di MTQ 2019 dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) 2020 tingkat Provinsi DKI Jakarta
- Juara II cabang MHQ 30 Juz dan Tafsir Bahasa Arab pada STQ Nasional 2021 di Sofifi, Maluku Utara
Prestasi Akademis
Pria asal Sangatta, Kalimantan Timur (Kaltim) ini menuturkan kisah perjalanan hidupnya hingga bisa meraih prestasi tersebut. Amrozy bercerita, sejak kecil, ia sudah menyukai seni tarik suara Islami, dan mulai belajar menghafal Juz 30 atau surat-surat pendek.“Sambil menempuh pendidikan formal, mulai dari SDIT (2011) dan SMP (2014) di Daarussalaam, Sangatta, Kutai Timur, Kaltim. Lanjut menghafal Al-Qur’an dari awal di Pesantren Tahfidz Qur'an Utrujah, DKI Jakarta (2015-2017),” ujarnya.
Di pesantren ini, ia memulai menghafal Al-Qur’an sejak tahun 2015, dan menyelesaikan hafalannya pada 2017. Kemudian ia melanjutkan sekolah formalnya di SMA Handayani, Bekasi, Jawa Barat.
“Setelah itu, lanjut Program Diploma Dua (D2) Idad Lughawiy, di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), DKI Jakarta (2019),” imbuhnya.
Saat ini, Amrozy tengah menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa Arab di LIPIA, DKI Jakarta, serta tercatat sebagai guru Bahasa Arab dan imam di Masjid Soleh Hawa, Ceger, Cipayung, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta.
Perjalanan hidup Amrozy tak selalu mulus, tapi menurutnya, selalu ada solusi di setiap permasalahan. “Saya memang memiliki keterbatasan secara fisik, tapi selebihnya Tuhan memberikan kelebihan dan kemudahan bagi saya. Saya sangat meyakini bahwa itu semua berkat keberkahan Al-Qur’an,” imbuhnya.
“Berkat Al-Qur’an pula saya bisa lulus dan berangkat menjadi imam masjid di UEA. Karena di mana pun kita berdakwah, jika bersama Al-Qur’an, pasti hidup kita bermanfaat. Saya mengucapkan terima kasih kepada Kemenag telah menyelenggarakan program kerja sama ini. Program yang sangat bagus dan bermanfaat,” pungkasnya.
Seleksi Tahap III Calon Imam Masjid asal Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA) ini digelar di Jakarta, Rabu-Jumat, 10-12 Juli 2024. Dalam seleksi ini, Kemenag menghadirkan tiga penguji dari UEA, yakni Syekh Taleb Alshehhi, Syekh Abdulla Alrashdi, dan Syekh Anas Najib Alaoui.
Baca juga: Selamat! 113 Calon Imam Masjid UEA 2024 Lulus Ikut Seleksi Tahap Akhir
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News