Eka mengatakan, kebiasaan membaca buku bukan hal yang muncul secara alamiah, namun harus dimulai sedari dini. “Baca itu harus diperkenalkan kepada anak-anak melalui orang tua, guru atau siapapun. Dibiasakan dan kemudian dilatih, dan baru dari sana muncul kebiasaan,” ungkap penulis Cantik itu Luka tersebut dalam Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2025 yang digelar di Jakarta, Selasa, 4 Februari 2025.
Awal Mula Tertarik Membaca Buku
Bahkan dia berkisah, banyak tokoh besar termasuk dirinya, yang keinginan menulisnya muncul karena faktor kebetulan. Ketertarikan Eka untuk membaca buku muncul ketika menemukan taman bacaan pada masa kecil.Rasa penasarannya muncul karena buku yang ada di taman bacaan itu sangat berbeda dengan buku yang ada di sekolah. Dari sinilah ketertarikannya terhadap membaca buku tumbuh, hingga menjadi seorang penulis.
Lulusan Fakultas Filsafat UGM ini berharap faktor kebetulan itu dapat menjadi hal yang dipersiapkan untuk anak-anak Indonesia. Salah satunya dengan memberikan akses buku dan bahan bacaan yang mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat, khususnya anak-anak.
Dia menilai anak membutuhkan dukungan dan fondasi kuat dalam menciptakan kebiasaan membaca dan budaya literasinya. Eka menilai harus ada upaya untuk ‘mencegat’ anak-anak dengan lingkungan penuh buku dan membuat mereka tidak sengaja terpapar buku.
“Yang menciptakan kebetulan-kebetulan itu memang harus kita. Mengepung anak-anak remaja dengan buku, mencegatnya, membuat mereka terpapar. Dengan begitu bukan mereka yang dipanggil-panggil untuk datang ke perpustakaan atau toko buku. Justru kita mendatangi mereka. Kita harus tahu di mana mereka bisa melihat buku-buku itu,” imbuhnya.
Dia berpesan agar buku tidak hanya berguna bagi seorang penulis. Buku harus berguna untuk mereka yang punya rasa ingin tahu yang besar, namun tidak dapat melihat secara langsung.
“Buku menjadi salah satu cara yang paling mudah untuk membuat horizon kita semakin luas. Misalkan ketika tinggal di satu tempat yang terisolir, hanya perlu jembatan keluar lewat buku,” ujar Eka.
ktivitas membaca adalah pijakan dasar bagi individu untuk mengembangkan minat dan bahkan dapat menjadi penulis. Namun, prosesnya tidak dapat dibiarkan begitu saja melainkan harus diajarkan dan diarahkan.
Demikian disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2025, di Jakarta, pada Selasa, 4 Februari 2025.
Baca juga: Mengenal Bahrisons Booksellers, Toko Buku Legendaris Langganan Prabowo di Khan Market New Delhi |
Setelah resmi dilantik pada 7 Januari 2025, Aminudin menghadirkan semboyan baru Perpusnas yaitu “Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa”. Melalui semboyan ini, dia mengajak peserta Rakornas untuk membuat definisi baru tentang perpustakaan.
“Perpustakaan memiliki fungsi yang sangat substansial, fundamental, dan instrumental di dalam pengembangan kecakapan literasi untuk peradaban bangsa. Bapak dan Ibu ditugasi untuk membawa misi pemartabatan bangsa," jelasnya.
Lebih lanjut, mantan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa periode 2020-2024 ini menekankan, tugas yang dikerjakan di perpustakaan tidak sama layaknya membangun infrastuktur umum, yang mana hasilnya dapat terlihat dalam waktu singkat.
"Kecakapan literasi akan kelihatan setelah sekian lama, mungkin setelah lima tahun, sepuluh tahun, atau setelah satu generasi. Karena apa? Fondasi untuk literasi akan dibangun dalam waktu yang tidak sebentar," tambahnya.
Baca juga: Sempat Ditolak BPI karena Terbentur Usia, Kini Yudi Lulus Doktor dengan IPK 4 di UGM |
Pada periode 2025-2029, Perpusnas mengusung tiga program prioritas yakni penguatan budaya membaca dan peningkatan kecakapan literasi, pengarus-utamaan naskah Nusantara, serta standardisasi dan akreditasi perpustakaan.
"Ketiga program tersebut akan didukung oleh beberapa faktor antara lain infrastruktur yang memadai, kepemimpinan yang transformasional, program yang memberdayakan, dan kemitraan yang saling menghormati, prinsip kesetaraan, dan saling memberi keuntungan," urainya.
Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2025 mengusung tema “Sinergi Membangun Budaya Baca dan Kecakapan Literasi untuk Negeri”. Selain itu, Rakornas menghadirkan para narasumber yang memiliki perhatian khusus kepada isu perpustakaan dan literasi yakni Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman, pegiat literasi Maman Suherman, Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Munawar Holil, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul Kisworo, serta sesi kebijakan yang disampaikan pimpinan tinggi Perpusnas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News