Tamyani mengaku masih semangat untuk belajar. Ia sebelumnya menyelesaikan S1 Interior Desain Universitas Udayana, Bali pada 1984. Meski dirinya telah menjadi praktisi, ada rasa kerinduan untuk menguasai bidang ilmu arsitek yang dulu sempat ingin ditempuhnya.
Berkat kemudahan teknologi, di tengah kesibukannya dalam pekerjaan dan lokasi rumah yang jauh dari kampus, keseriusan dan ketekunan belajar akhirnya terbayar sudah.
"Kerinduan ini mengantarkan tekad kuat disertai semangat ketekunan belajar, akhirnya saya bisa selesaikan S1 Arsitek di Universitas Budi Luhur, Jakarta," ujar Tamyani usai wisuda di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 29 April 2025.
Meski sudah menamatkan sarjana arsitektur, Tamyani mengaku tidak akan pernah berhenti untuk terus belajar. Ia mengungkapkan tantangan dalam menempuh studi tentu ada, dan yang terberat justru datang dari diri sendiri.
"Tantangan itu datang justru dari dalam diri, itu yang harus bisa atasi dan saya bersyukur atas bimbingan dosen di UBL dengan arahannya sehingga saya bisa di wisuda hari ini,” kata Tamyani.
Total ada 481 wisudawan yang mengikuti wisuda Semester Gasal 2024/2025 UBL. Rektor UBL Agus Setyo Budi berpesan tantangan ke depan tidak mudah. Untuk menghadapinya, selama menempuh studi mahasiswa memperoleh berbagai pembekalan.
"Tidak hanya kompetensi akademik, mahasiswa juga dibekali penguasaan bahasa, mulai dari Bahasa Inggris, Jepang dan China," ucap Agus.
Baca juga: Wisuda UNJ, Rektor: Wisudawan Tidak Boleh Jadi Lulusan yang Biasa-Biasa Saja |
Rektor menyampaikan lulusan yang dihasilkan UBL terbukti berkualitas. Hal itu terlihat dari banyak mahasiswa yang telah diminta oleh berbagai industri dan perusahaan untuk bergabung.
"Dalam perjalanannya, kita memang telah mempersiapkan mahasiswa untuk magang di tempat-tempat yang memungkinkan untk cepat terserah kerja. Jadi sejak magang mereka sudah diminati," ujar Agus.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat UBL Prudensius Maring menjelaskan pihaknya terus melakukan peningkatan kualitas SDM dan kampus. Saat ini, UBL telah meraih predikat Akrediitasi Unggul dan masuk dalam Klaster Utama.
"Konsekuensi dengan masuk ke klaster itu itu berarti ada beberapa skema riset yang dibatasi gitu ya dan kompetisinya menjadi lebih lebih tinggi atau lebih ketat, sehingga kami di internal itu selalu punya dua mekanisme," kata Prudensius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News