Penghargaan layak diberikan atas kontribusinya dalam menghasilkan Kekayaan Intelektual (KI) melalui penelitian inovatif di bidang teknologi dan pengembangan produk berbasis masyarakat. Salah satu karya monumental Endy bersama tim penelitinya adalah inovasi teh hijau bebas kafein yang dikembangkan melalui riset berjudul “Pengembangan Proses Biotermokimia Gelombang Mikro untuk Produksi Nanopolifenol Teh Hijau Bebas Kafein yang Termodifikasi Kolagen”.
Penelitian ini didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam skema Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menurut Endy, penelitian tersebut hasil kolaborasi bersama tim peneliti yaitu Hermawan Dwi Ariyanto, S.T., M.Sc, Ph.D.; Dr. Indah Hartati, Didik Ariwibowo, S.T., M.T. serta beberapa mahasiswa diantaranya Elsan Febiyanti; Nurika Nazilatul Ilmi; Deas Oky Pratama dan Nadya Fitria Azzahra.
Baca juga: Lulus S3 Kedokteran Tercepat, Dokter di RS Kariadi Semarang Raih Rekor MURI |
Menghilangkan Kafein dalam Teh Hijau
Mengutip laman Undip, dalam penelitiannya, Endy menjelaskan manfaat luar biasa polifenol pada teh hijau, termasuk sebagai antioksidan, antikanker, antihipertensi, dan antiobesitas. Namun, konsumsi teh hijau secara luas sering terkendala kandungan kafeinnya, terutama untuk produk pangan fungsional.Untuk itu, tim peneliti berhasil mengembangkan proses microwave blanching untuk menghilangkan kafein sekaligus mempertahankan komponen bioaktifnya. “Proses ini juga memungkinkan kafein diekstrak sebagai produk nutrasetikal tambahan,” ungkap Endy.
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Polifenol memiliki sifat yang tidak stabil di lingkungan basa dan suhu tinggi, sehingga bioavailabilitasnya menurun drastis saat dicerna tubuh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Endy dan tim memperkenalkan teknologi nanoenkapsulasi menggunakan biopolimer liposom yang dimodifikasi kolagen.
Terinspirasi oleh karakteristik licin dan fleksibel pada belut, kolagen dipilih sebagai bahan dasar untuk melindungi senyawa polifenol selama proses pencernaan. “Teknologi ini mampu meningkatkan bioavailabilitas dan efisiensi pelepasan senyawa aktif hingga 15-250 kali lipat. Dengan memanfaatkan nano liposom kolagen, stabilitas polifenol tetap terjaga bahkan pada suhu hingga 50°C,” jelas Endy.
Baca juga: Kisah Syaikha, Wisudawan Terbaik SV Undip Digaet 4 Perusahaan dalam Sebulan |
Modifikasi ini juga memungkinkan senyawa aktif lebih tepat sasaran sampai ke sel tubuh yang membutuhkan. Hasil riset yang juga melibatkan kolaborasi antara tim peneliti dari UNDIP, mahasiswa, dan mitra industri ini diharapkan segera dikomersialisasikan dengan produk teh hijau premium bebas kafein yang kompetitif.
Kolaborasi dengan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung juga membuka peluang untuk integrasi hasil riset dalam industri pangan dan kesehatan. “Semoga inovasi ini dapat memberikan manfaat luas bagi masyarakat, terutama sebagai solusi diet sehat dan alternatif bagi mereka yang membutuhkan konsumsi rendah kafein,” tutup Endy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News