Muhammad Ahsan Bukhori, 9 tahun. Foto:  Dok. Kemenag
Muhammad Ahsan Bukhori, 9 tahun. Foto: Dok. Kemenag

Usia 9 Tahun, Siswa Madrasah Ini Sudah Hafal Al-Qur'an

Citra Larasati • 29 Juni 2021 15:46
Kudus:  Muhammad Ahsan Bukhori, 9 tahun, siswa kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Qur’an Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah, berhasil menghafal 30 juz Al-Qur'an. Hafalan itu didapatnya hanya dalam waktu tiga tahun, sejak masuk sekolah MI yang setara dengan sekolah dasar.
 
Ahsan tidak sendiri, tahun ini 29 rekan seangkatannya juga berhasil menyelesaikan hafalan komplit 30 Juz.  Siswa asal Bandung ini bercerita tentang kiatnya memasukkan seluruh ayat Al Qur’an ke dalam memorinya.
 
Sejak awal ia memang memiliki minat menjadi seorang hafiz Al-Qur'an. Untuk itulah ia mendaftar ke MI Tahfiz Al-Qur'an TBS, sebuah lembaga pendidikan Islam berbagai jenjang yang memiliki program khusus tahfiz untuk usia dini.

Di madrasah yang terletak di Kelurahan Krandon, Kecamatan Kota, Kudus, itu Ahsan digembleng hafalan dengan beban setoran satu halaman per hari. Proses itu dilakoninya dengan tekun hingga berhasil khatam dalam tempo tiga tahun.
 
Padahal di lembaga itu Ahsan tidak hanya mendapat beban hafalan saja, tetapi juga mendapat pendidikan fomal sebagaimana sekolah biasa.  Ahsan bercerita tetang kiatnya membagi waktu dan menjaga agar "setoran" dapat dilakukan dengan lancar.
 
“Ustaz selalu ngendikan (menyampaikan), baca dulu berulang kali ayatnya, jika sudah yakin maka coba untuk menghafal tanpa melihat Al-Qur’an,” jelasnya dalam siaran pers, Selasa, 29 Juni 2021.
 
Menurutnya, terdapat hal-hal nonteknis yang membuat proses belajarnya mendapat kemudahan. “Ahsan selalu minta doa bapak ibu, niat sungguh-sungguh, serta tak boleh ngantuk apalagi ngobrol ketika hafalan. Sama ustaz harus hormat dan patuh agar bisa cepat hafal” ungkapnya.
 
 

 
Kepala Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Qur’an TBS KH. Saeun menyampaikan, sekolah yang dipimpinnya selain mengedepankan prestasi akademik juga memberikan hafalan Al-Qur'an bagi siswa yang masuk jalur tahfiz. 
 
Baca juga: 19 Siswa MAN IC OKI Lolos ke KSN Provinsi 2021
 
Pelajaran sekolah dan hafalan Al-Qur'an, diakuinya merupakan beban yang berat bagi siswa. Namun dengan kehidupan di pesantren yang terkontrol 24 jam, internalisasi ilmu dan karakter menjadi maksimal.
 
Sekolah yang dipimpinnya tidak ingin memproduksi orang pintar saja, tetapi harus disertai etika dan akhlak yang baik sesuai tuntunan Al-Qur'an.  Tidak mudah menciptakan generasi Qur'ani yang juga memiliki kapabilitas akademik.
 
Beban yang berat itu menuntut partisipasi penuh antara pihak sekolah, siswa, dan juga dukungan spiritual dari orang tua. “Doa dan tirakat orang tua sangat membantu lancarnya hafalan anak-anak,” tukas Saeun.
 
Terkadang ada juga anak yang mogok hafalan. Bila ini terjadi pihak sekolah akan mengkomunikasikan dengan tiga pihak, yaitu pengasuh pesantren, ustaz, dan orang tua. Bila semuanya bertindak positif, biasanya ada solusi dan pembelajaran berjalan kembali.
 
Kegiatan pembelajaran memiliki durasi cukup panjang, yaitu pukul lima pagi hingga jam delapan malam. Mulai subuh hingga pukul 7 pagi anak-anak harus setoran hafalan hingga waktunya sekolah.
 
Setelah selesai sekolah, kegiatan dilanjutkan lagi dengan tahfidz sampai selesai malam hari. Di sela-selanya terdapat istirahat, mandi, makan, dan aktifitas lainnya.
 
Program tahfiz harus sinergis dengan sekolah, karena anak-anak tidak boleh dibebani Pekerjaan Rumah (PR) atau pekerjaan lain yang dibawa pulang.
 
Saat ini dari 307 siswa MI Tahfidzul Qur’an Krandon, 30 di antaranya telah hafal 30 Juz. Sisanya, 70 persen dari mereka sudah mencapai lebih dari 20 juz. "Ini semua menjadi tanggung jawab semua pendidik,” pungkasnya. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan