Kepala Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Qur’an TBS KH. Saeun menyampaikan, sekolah yang dipimpinnya selain mengedepankan prestasi akademik juga memberikan hafalan Al-Qur'an bagi siswa yang masuk jalur tahfiz.
Baca juga: 19 Siswa MAN IC OKI Lolos ke KSN Provinsi 2021
Pelajaran sekolah dan hafalan Al-Qur'an, diakuinya merupakan beban yang berat bagi siswa. Namun dengan kehidupan di pesantren yang terkontrol 24 jam, internalisasi ilmu dan karakter menjadi maksimal.
Sekolah yang dipimpinnya tidak ingin memproduksi orang pintar saja, tetapi harus disertai etika dan akhlak yang baik sesuai tuntunan Al-Qur'an. Tidak mudah menciptakan generasi Qur'ani yang juga memiliki kapabilitas akademik.
Beban yang berat itu menuntut partisipasi penuh antara pihak sekolah, siswa, dan juga dukungan spiritual dari orang tua. “Doa dan tirakat orang tua sangat membantu lancarnya hafalan anak-anak,” tukas Saeun.
Terkadang ada juga anak yang mogok hafalan. Bila ini terjadi pihak sekolah akan mengkomunikasikan dengan tiga pihak, yaitu pengasuh pesantren, ustaz, dan orang tua. Bila semuanya bertindak positif, biasanya ada solusi dan pembelajaran berjalan kembali.
Kegiatan pembelajaran memiliki durasi cukup panjang, yaitu pukul lima pagi hingga jam delapan malam. Mulai subuh hingga pukul 7 pagi anak-anak harus setoran hafalan hingga waktunya sekolah.
Setelah selesai sekolah, kegiatan dilanjutkan lagi dengan tahfidz sampai selesai malam hari. Di sela-selanya terdapat istirahat, mandi, makan, dan aktifitas lainnya.
Program tahfiz harus sinergis dengan sekolah, karena anak-anak tidak boleh dibebani Pekerjaan Rumah (PR) atau pekerjaan lain yang dibawa pulang.
Saat ini dari 307 siswa MI Tahfidzul Qur’an Krandon, 30 di antaranya telah hafal 30 Juz. Sisanya, 70 persen dari mereka sudah mencapai lebih dari 20 juz. "Ini semua menjadi tanggung jawab semua pendidik,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News