Tim beranggotakan I Nyoman Anggie Pratistha (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2019), I Putu Fadya Rachmawan (Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol 2019), dan Gusti Putu Surya Govinda Atmaja (Teknik Mesin 2019).
Keempat gelar yang diperoleh adalah 1 medali emas research output model video presentation competition kategori food engineering, 1 medali perunggu poster competition kategori green technology, 1 medali perunggu best paper kategori food engineering, dan 1 Most Favorite Poster kategori green technology.
Anggie Pratista mengatakan kompetisi tahunan ini memberikan wadah bagi mahasiswa di bidang Teknik atau Teknologi Pertanian di ASEAN untuk berbagi hasil belajar di kelas untuk memecahkan masalah di bidang pertanian dan teknik pangan.
"Konvensi juga dapat menciptakan jaringan industri dan komunitas di tingkat internasional," kata Anggie mengutip siaran pers UGM, Jumat, 20 Agustus 2021.
Baca: Kisah Bimo, Anggota Paskibraka Nasional Asal Payakumbuh yang Berbakat Menyanyi
Ia menjelaskan, pada kompetisi Research Output Model Video Presentation, peserta diwajibkan membuat video presentasi selama 10 menit dengan 5 subtema yang berbeda. Tim All Can Eat Meat mengambil subtema Food Engineering dan merancang produk bernama 3D-Printed Meat Analogue with Broad Beans to Maintain ASEAN Food Security.
Inovasi produk ini membahas rancangan daging analog (daging buatan) yang berbahan dasar Kacang koro pedang Canavalia gladiata yang dibuat menggunakan teknologi 3D-printing. "Kami memilih Kacang koro pedang sebagai bahan dasar produk dikarenakan kami ingin mempromosikan komoditas itu yang kaya akan kandungan protein sebagai alternatif konsumsi kacang soya dan konsumsi daging sapi," ujarnya.
Proses pembuatan produk dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu Pre-Printing Production, Printing Production, dan Post-Processing Production. Selain itu, metode printing menggunakan metode inkjetting yang mengubah adonan daging buatan menjadi ‘steak-like-model’ dengan cara forming oleh mesin 3D-Printing yang telah diprogram dengan Design CAD to G-Code Model Slicing Converter Methods.
Lalu, produk ini dikemas oleh bahan edible film berbahan rumput laut dan biodegradable plastic yang ramah lingkungan. "Kelebihannya produk ini dapat dikonsumsi oleh siapapun termasuk vegetarian," paparnya.
Baca: Berkat Bakat dan Ketekunan Wahyu Raihan Dobrak Keterbatasan Ekonomi
Pada kompetisi poster, tim UGM merancang sebuah konsep yang bernama 'HYDRA: Heavy-Duty Hydrogen Fuel Cell Tractors to Sustain Regenerative Agricultural'. Inovasi ini adalah konsep pengembangan teknologi traktor berbahan bakar hidrogen untuk mendukung energi bersih dan terbarukan.
"Karena misi dari Regenerative Agricultural adalah membalikkan perubahan iklim dan mengurangi penggunaan karbon pada lingkungan pertanian," terangnya.
Ia berharap produk All Can Eat Meat segera direalisasikan mengingat potensi pasar yang dimiliki cukup besar, dan dampak produk yang cukup baik. Selain itu, produk ini merupakan salah satu jawaban atas tantangan permasalahan ketahanan pangan yang ada di regional ASEAN.
Anggie mengatakan, keunggulan produk pangan ini biaya produksi dinilai cukup rendah maka harga jual produk juga lebih rendah dibandingkan daging sapi. Dengan begitu, dapat menyasar segmen kalangan ekonomi menengah ke bawah yang ingin menikmati daging buatan yang memiliki tekstur serupa dengan daging sapi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News