Philimon (dua dari kanan) bersama dosennya di FKM UI dan teman-teman S2-nya (Foto: Antara/Humas UI)
Philimon (dua dari kanan) bersama dosennya di FKM UI dan teman-teman S2-nya (Foto: Antara/Humas UI)

Kisah Mahasiswa UI Asal Uganda Bertahan di Asrama Selama Pandemi

Antara • 18 Juni 2020 10:54
Depok: Semukasa Philimon, mahasiswa asing asal Uganda, Afrika Timur, memilih tetap berada di asrama mahasiswa Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, selama pandemi virus korona (covid-19). Selain harga tiket mahal, ia juga mengaku khawatir bandara ditutup.
 
"Sehingga saya memutuskan untuk tetap berkuliah online dari kamar asrama saya saja. Lagipula, saya juga menargetkan akan menyelesaikan perkuliahan dan akan kembali di tahun ini," kata Philimon di Depok, Kamis, 18 Juni 2020.
 
Philimon sedang menempuh pendidikan jenjang magister (S2) program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Philimon mengaku kerap dilanda rasa bosan, mengingat penghuni asrama juga sudah sangat berkurang. 

"Sebelumnya, asrama ini sangat ramai, saya bisa menghabiskan waktu senggang bersama teman asrama maupun teman di kampus, namun sekarang, hanya tersisa 68 mahasiswa penghuni asrama," ujarnya.
 
Guna melawan rasa bosan, Philimon kerap berolahraga keliling UI di sore hari. Ia juga biasa mengisi waktu dengan bermain futsal bersama keluarganya di Asrama UI.
 
"Ya, saya menyebut semua penghuni di asrama ini adalah keluarga saya, baik itu para mahasiswa, maupun pengelola asrama. Saya merasa asrama ini adalah second home saya, ada bapak saya juga di asrama ini, yaitu Kepala Asrama UI," ujarnya.
 
Baca: Bapak Penjaga Hutan UGM, Anak Kuliah S3 di Jepang
 
Philimon merasa pandemi covid-19 yang melanda dunia memberi satu sisi positif, karena bisa merasakan momen kekeluargaan di asrama. Setiap harinya, makanan selalu disiapkan oleh pengelola Asrama UI. Pagi, siang, malam, kata Philimon, semua sudah tersaji dan terkadang, para penghuni asrama suka membahas bersama-sama, makanan apalagi yang harus dimasak.
 
"Kami pernah masak daun pepaya, saya kaget, pahit sekali. Lalu pernah juga kami memasak daun singkong, sayur asem, sambal. Meskipun makanan sudah disiapkan oleh pengelola Asrama UI, tetapi tidak ada tambahan biaya yang dibebankan kepada kami selain iuran bulanan," ujarnya.
 
Semenjak perkuliahan tatap muka ditiadakan, Philimon dan teman-temannya juga kerap memperoleh banyak dukungan dari orang-orang baik hati, yang bahkan tidak ia kenali. Ia menuturkan banyak donatur yang datang memberikan makanan. Pihak fakultas juga selalu mengontak untuk memastikan apakah kondisi mereka baik-baik saja dan bisa mengikuti perkuliahan dengan baik.
 
Selain itu, pihak klinik makara dan keamanan kampus juga mendukung para mahasiswa yang masih tinggal di asrama ini. Kejadian menarik yang tidak bisa Philimon lupakan adalah ketika ia ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari di minimarket di luar asrama, ia mendapat pengawalan dari pihak asrama.
 
"Saya bilang tidak perlu repot-repot, namun mereka tetap mendampingi saya, karena khawatir saya tidak bisa menjelaskan jika ada petugas yang berwajib bertanya-tanya kepada saya. Bahkan ada teman saya yang juga dikawal ketika hendak pangkas rambut," ujar pria berusia 32 tahun ini.
 
Selain memperoleh ilmu di bangku perkuliahan, Philimon juga memperoleh banyak pengetahuan akan kebudayaan Indonesia ketika berada di asrama. Ia mempelajari bahasa dan budaya Indonesia selama 6 bulan di BIPA , Lembaga Bahasa Internasional, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI itu. Ia mengatakan, asrama UI laiknya miniatur Indonesia.
 
"Saya bisa berjumpa dengan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, 
 
Philimon mengaku bisa melihat langsung kondisi yang diibaratkan sebagai 'laboratorium' budaya di Asrama UI. "Ada banyak juga mahasiswa asing dari berbagai negara. Bangga bisa memiliki banyak teman di sini," kata Philimon.
 
Salah satu hal yang cukup berkesan selama di asrama semasa pandemi, kata philimon yakni takbiran bersama pengurus asrama menjelang lebaran. Pengurus asrama mau menemani dirinya dan penghuni lain merayakan Idulfitri. 
 
"Sementara kami tahu mereka juga memiliki keluarga. Seru sekali melihat keriuhan takbiran di tengah sepinya asrama," kata Philimon yang merupakan mahasiswa UI angkatan 2017.
 
Nasi Goreng kantin FIB UI jadi salah satu yang dirindukan Philimon. Sebab, kantin tutup selama pandemi. "Saya tidak yakin apakah saya bisa kembali lagi memakannya," kata Philimon.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan