Tukiyat yang berprofesi sebagai penjaga hutan. Foto: Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Tukiyat yang berprofesi sebagai penjaga hutan. Foto: Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Bapak Penjaga Hutan UGM, Anak Kuliah S3 di Jepang

Ahmad Mustaqim • 17 Juni 2020 09:09
Gunungkidul:  "Jangan merepotkan orang lain", kalimat "sakti" itu yang selalu menjadi pegangan hidup Tukiyat, petugas penjaga hutan Wanagama milik Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam membesarkan dan mendidik putrinya, Sawitri. 
 
Dalam setiap aktivitas, Tukiyat selalu meminta Sawitri untuk sebisa mungkin tidak banyak merepotkan orang lain. Alhasil, kini perempuan 26 tahun itu berhasil menjadi calon doktor dan akan segera merampungkan pendidikan S3-nya di Universitas Tsukuba Jepang akhir tahun ini.
 
Capaian akademik itu menjadi istimewa, karena Tukiyat bukan orang berada.  Ia hanya warga biasa dari Desa Banaran 5, RT26, RW 05 Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).  Ia bekerja sebagai penjaga Hutan Wanagama, hutan kepunyaan Universitas Gadjah Mada.

Tukiyat selalu melatih anaknya dengan "keras" dan mau belajar hidup "prihatin" sejak masih kecil. Saat masuk di Taman Kanak-kanak misalnya, seperti orang tua pada umumnya, Tukiyat turut mengantar putrinya mendaftar ke sekolah.
 
Baca juga:  Kades Teladan yang Memilih Jadi Guru Honorer Madrasah
 
Namun di hari kedua masuk sekolah, Sawitri kecil sudah menolak untuk sekolah.  “Hari ketiga (Sawitri) enggak bangun tidur buat ke sekolah. Lalu saya siram air di atas kasur. Saya bilang, kalau enggak mau sekolah tidur saja. Nangis, terus bangun, mandi, lalu berangkat ke sekolah,” kata Tukiyat kepada Medcom.id, Selasa, 16 Juni 2020.
 
Sejak saat itu, Tukiyat tak pernah kagi bersusah payah membangunkan Sawitri untuk berangkat sekolah. Sawitri selalu bersemangat sekolah, bahkan ia rela berjalan kaki untuk bersekolah meski jarak tempat tinggalnya ke Taman Kanak-kanak sekitar dua kilometer.
 
Jarak berjalan kaki Sawitri kian jauh ketika dirinya bersekolah di SD Banaran 3, SMP 4 Playen, dan SMA 1 Wonosari, Yogyakarta. Jaraknya berkisar tiga hingga lebih dari lima kilometer.
 
Didikan keras lainnya juga ia terapkan ketika suatu ketika, Sawitri mendapat tumpangan pulang, karena diantar salah satu petugas keamanan Wanagama sepulang sekolah. Petugas tersebut secara inisiatif menawarkan tumpangan, karena mengetahui Sawitri merupakan anak Tukiyat.
 
“Sampai rumah Saya bilang, loh kalau kalau hanya cari nunutan (tumpangan) saja ya enggak tahu rekasane (susahnya) orang prihatin kayak apa. Sejak itu Sawitri enggak mau lagi diajak atau diantar pulang orang,” ujar lelaki 51 tahun ini. 
 
Baca juga:  Cerita Gustika Cucu Bung Hatta Keliling Eropa demi Belajar
 
Cerita lainnya, kata Tukiyat, ia tak pernah memberikan uang jajan untuk anaknya. Ia mengaku hanya memberikan uang jajan seminggu sekali saat anaknya duduk di bangku SMA. Itupun hanya saat ada jam pelajaran olahraga.
 
Tak ada uang saku untuk Sawitri dari Tukiyat berlanjut hingga menyelesaikan S1, Sawitri hanya hidup sehari-hari mengandalkan dana beasiswanya.  Tukiyat pun tak pernah memberikan uang saku meski Sawitri berulang kali pulang saat libur kuliah.
 
Tukiyat baru memberikan uang Rp100 ribu untuk makan sebulan saat anaknya kuliah S2. Itu pun karena dana beasiswa turun terlambat.  Menurut Tukiyat, situasi itu tidak ia lakukan dengan sengaja. 
 
Keluarganya memang tak mampu memberikan dana lebih untuk putri satu-satunya itu. Ia menilai, situasi itu bisa sekaligus menjadi pembelajaran bagi anaknya untuk menghadapi kehidupan. Selain manis, jalannya kehidupan akan menemui beragam hal yang pahit.
 
Bapak Penjaga Hutan UGM, Anak Kuliah S3 di Jepang
Tukiyat memajang foto Sawitri saat wisuda di UGM di dinding rumahnya. Foto:  Medcom.id/Ahamd Mustaqim 
 
Jejak Ayah
 
Ketika Sawitri lulus SMA, Tukiyat sempat berencana tidak melanjutkan pendidikan putri semata wayangnya ke jenjang pendidikan tinggi. Namun, Sawitri memberanikan diri menyampaikan tekadnya untuk melanjutkan kuliah kepada ayahnya.
 
“Pas itu Saya bilang, Saya enggak punya biaya. Untuk makan saja sudah bersyukur bisa setiap hari,” ujarnya.
 
Bak gayung bersambut, Tukiyat mendapat masukan dari salah satu dosen UGM yang biasa mengurusi hutan Wanagama agar Sawitri mencoba mendaftar ke kampus tersebut.
 
Proses mendaftar pertama, Sawitri gagal lolos. Saat mendaftar kedua, Sawitri lolos bahkan mendapatkan beasiswa. Akhirnya diterima di Fakultas Kehutanan UGM pada 2011 lalu.
 
Jurusan itu dipilih tak lepas dari tekad Sawitri mengikuti jejak Sang ayah yang bekerja di hutan, menjadi penjaga hutan Wanagama. “Anak saya bisa kuliah karena dorongan Pak Na'im (salah satu dosen UGM),” ungkap Tukiyat.
 
Selama menempuh S1, Sawitri tak sedikit pun menyia-nyiakan kesempatan dan beasiswa yang ia terima di UGM.  Ia Cum laude, menyelesaikan S1 lulus "dengan pujian"  sekaligus selesai dalam waktu hanya 3,5 tahun.
 
Selesai S1, Tukiyat kembali sempat ingin menghentikan studi anaknya untuk melanjutkan ke jenjang S2. Namun, ia lantas kembali didorong Pak Nai'm agar Sawitri melanjutkan S2 di almamaternya. Sawitri pun melanjutkan studi S2-nya, lagi-lagi dengan program beasiswa.
 
“S2 juga di (Fakultas) Kehutanan UGM. Satu tahun delapan bulan Sawitri lulus S2,” kata dia.
 
Putri pasangan Tukiyat dan Sigiyem ini kemudian melanjutkan studinya ke S3 pada 2017 lalu di Universitas Tsukuba, Jepang. Ia konsisten, mengambil jurusan yang linier dengan S1 dan S2-nya yakni di bidang kehutanan.
 
Tukiyat biasanya seminggu sekali berhubungan lewat telepon seluler dengan putrinya. Jika tak ada halangan, Sawitri akan merampungkan S3 dan pulang ke Indonesia pada September tahun ini.
 
Dalam kondisi anaknya bisa sampai studi S3, Tukiyat mengaku sangat bersyukur. Namun, ia dan keluarganya tetap akan menjalani hidup ala kadarnya.  Saat Sawitri lulus nanti, Tukiyat berharap putrinya bisa bekerja dengan penghasilan tetap.
 
“Pesan Saya ke anak, jujur adalah utama. Lakukan apapun yang baik dengan rajin, bersikaplah sopan kepada siapa saja,” jelasnya. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan